Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Ekspor Desember 2019 Naik 3,77 persen

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, perkembangan harga selama November-Desember 2019 ada berbagai harga yang mengalami kenaikan dan penurunan. Misalnya, harga minyak mentah Indonesia US$63,26 per barel pada November dan naik menjadi US$67 per barel pada Desember.
Aktivitas perdagangan di pelabuhan/Bisnis.com
Aktivitas perdagangan di pelabuhan/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja ekspor Desember 2019 sebesar US$14,47 miliar atau naik 3,77 persen dibandingkan dengan November 2019.

Januari-Desember total ekspor Indonesia tercatat US$167,53 miliar atau turun 6,94 persen dibandingkan dengan kinerja ekspor 2018 sebesar US$180,01 miliar. Ekspor nonmigas Januari-Desember 2019 juga turun 4,82 persen menjadi US$154,99 miliar dibandingkan dengan periode yang sama 2018 sebesar US$162,84 miliar.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, perkembangan harga selama November-Desember 2019 ada berbagai harga yang mengalami kenaikan dan penurunan. Misalnya, harga minyak mentah Indonesia US$63,26 per barel pada November dan naik menjadi US$67 per barel pada Desember.

"Jadi ada kenaikan harga minyak terkait kondisi geopolitik. Ini perlu diantisipasi," katanya saat jumpa pers, Rabu (15/1/2020).

Adapun harga komoditas yang turun a.l. nikel, seng, coklat, dan batu bara.

Kenaikan ekspor pada Desember 2019 didorong oleh kenaikan ekspor migas, naik 12,09% dan nonmigas naik 3,10%.

Secara (yoy) dari Desember 2018 ke Desember 2019 masih ada kenaikan ekspor 1,28%. Dia memerinci nilai ekspor migas dari Desember 2018 ke Desember 2019 justru turun 31,93% (yoy) sebaliknya volume ekspor naik 5,78% (yoy).

“Pada 2017 dan 2018, November turun tapi Desember 2019 ekspor justru meningkat, pattern agak berbeda,” ujar Suhariyanto.

Berdasarkan sektor dari November ke Desember seluruh sektor mengalami kenaikan. Dia memerinci misalnya sektor pertanian dengan nilai ekspor US$370 juta berkontribusi naik 10,24% (mtm) dan naik 24,35% (yoy).

Dia menambahkan, komoditas pemicu kenaikan ini dibandingkan dengan November 2019 misalnya; buah-buahan, hasil hutan kayu, tanaman obat aromatic, rempah-rempah dan Mutiara hasil budidaya.

“Kenaikan tertinggi secara [yoy] ini datang dari hasil hutan kayu, buah-buahan, dan sarang burung wallet,” pungkasnya.

Sementara itu, industri pengolahan dengan share terbesar US$10,86 miliar naik 2,57% (mtm) atau 6,85% (yoy) karena dipicu kenaikan produksi tekstil, kimia dasar organik, dan minyak kelapa sawit.

Sementara itu, sektor pertambangan naik 4,71% (mtm) berkat biji tembaga. Namun secara tahunan dibandingkan dengan Desember 2018 justru terkontraksi 1,91% (yoy).

Sebelumnya, kinerja ekspor pada November 2019 tercatat US$14,01 miliar atau turun 6,17 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Penyebab ekspor turun adalah ekspor nonmigas turun 7,92 persen dari US$14,01 miliar pada Oktober 2019 menjadi US$12,90 miliar pada November 2019. Penurunan ekspor nonmigas terjadi pada komoditas HS 26 bijih, kerak, dan logam, HS 72 besi dan baja, kemudian HS 27.

Sementara itu, untuk ekspor migas masih mengalami peningkatan sebesar 20,66% dari US$0,92 miliar pada Oktober 2019 menjadi US$1,11 miliar pada November 2019.

Kinerja ekspor November 2019 juga mengalami penurunan sebesar 5,67% dibandingkan dengan periode yang sama 2019 sebesar US$14,85 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper