Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Faktor Upah Mininum Kabupaten/Kota (UMK) masih Jadi Momok Investasi

Berdasarkan pencatatan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), investasi pada sektor sekunder atau dalam hal ini manufaktur mencapai Rp335,8 triliun pada 2016.
Pemerintah menetapkan kenaikan upah minimum provinsi (UMP)./Bisnis-Radityo Eko
Pemerintah menetapkan kenaikan upah minimum provinsi (UMP)./Bisnis-Radityo Eko

Bisnis.com, JAKARTA - Permasalahan upah minimum dinilai sebagai faktor yang menyebabkan tren investasi di sektor sekunder cenderung menurun dari tahun ke tahun.

Berdasarkan pencatatan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), investasi pada sektor sekunder atau dalam hal ini manufaktur mencapai Rp335,8 triliun pada 2016.

Sejak tahun tersebut, investasi pada sektor sekunder terus ambles menjadi tinggal Rp222,3 triliun pada 2018 dan per Januari hingga September 2019 mencapai Rp147,3 triliun.

Investasi pada sektor tersier dan terutama jasa dari tahun ke tahun semakin dominan sehingga per Januari hingga September 2019 investasi pada sektor tersebut mencapai Rp354,6 triliun atau 59% dari keseleuruhan realisasi investasi yang mencapai Rp601,3 triliun.

Deputi Bidang Perencanaan BKPM Ikmal Lukman mengatakan masalah tebesar dari investasi pada sektor manufaktur adalah terkait dengan upah minimum kabupaten/kota (UMK).

UMK yang terlalu tinggi menyebabkan investasi di sektor manufaktur terutama yang padat karya menjadi tidak menarik. Ikmal menuturkan bahwa hal ini terbukti dari dengan adanya eksodus pabrik dari Banten akibat terlalu tingginya UMK.

Berdasarkan pencatatan Bisnis.com, terdapat 25 pabrik alas kaki yang sebagian besar dari Banten memutuskan untuk memindahhkan usahanya ke Jawa Tengah karena UMK yang lebih kompetitif.

Selain permasalahan UMK, terdapat permasalahan perizinan yang berdasarkan pencatatan Pokja IV Kemenko Perekonomian menjadi penghambat 32,6% dari 190 kasus investasi.

Adapun selain kedua faktor di atas, Ikmal menuturkan bahwa sektor manufaktur memiliki faktor produksi yang lebih kompleks dibandingkan dengan sektor lain sehingga investasi pada sektor manufaktur pun menjadi lebih menantang.

"Contohnya, sektor manufaktur lebih membutuhkan dukungan infrastruktur yang lebih besar dibandingkan contoh dengan jasa. Oleh karena itu, kita dorong dengan penyediaan infrastruktur yang lebih memadai dibandingkan sebelumnya," ujar Ikmal.

Untuk tahun depan, realisasi investasi ditargetkan mencapai Rp886 triliun dengan investasi pada sektor sekunder yakni manufaktur mencapai Rp246,3 triliun.

Kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB pun ditargetkan mencapai 19,78%-19,8% dari PDB pada 2020 dan terus meningkat ke angka 21% dari PDB pada 2024.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhamad Wildan
Editor : Achmad Aris

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper