Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Defisit Keseimbangan Primer Membengkak 503,79 Persen

Defisit neraca primer per November 2019 tercatat mencapai Rp101,31 triliun atau 503,79% dari target defisit keseimbangan primer yang sebesar Rp20,11 triliun dan outlook yang sebesar Rp34,7 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat memaparkan kinerja APBN KITA Edisi November 2019 di Jakarta, Kamis (19/12/2019). Istimewa
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat memaparkan kinerja APBN KITA Edisi November 2019 di Jakarta, Kamis (19/12/2019). Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Melebarnya defisit anggaran menyebabkan defisit keseimbangan primer melebar dari target APBN 2019.

Defisit neraca primer per November 2019 tercatat mencapai Rp101,31 triliun atau 503,79% dari target defisit keseimbangan primer yang sebesar Rp20,11 triliun dan outlook yang sebesar Rp34,7 triliun.

Hal ini berbanding terbalik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya di mana defisit keseimbangan primer tercatat hanya Rp28,58 triliun atau 32,72% dari target APBN 2018 yang sebesar Rp87,33 triliun.

Merujuk pada Nota Keuangan APBN 2020, pemerintah berupaya mewujudkan keseimbangan primer yang positif dalam rangka mengurangi ketergantungan APBN terhadap pembiayaan serta menjaga keberlanjutan fiskal.

Sesungguhnya, pemerintah telah memasang outlook keseimbangan primer pada angka positif per 2020 dengan neraca primer berada pada angka 0%-0,23% terhadap PDB dan terus meningkat mencapai 0,23%-0,38% terhadap PDB pada 2023.

Untuk mencapai nominal tersebut, perlu ada peningkatan tax ratio serta efisiensi atas belanja-belanja nonprioritas.

Seperti diketahui, defisit anggaran pada APBN 2019 diperlebar dari 1,84% dari PDB menjadi 2,2% dari PDB.

Defisit anggaran per November 2019 tercatat mencapai Rp368,94 triliun atau 2,3% dari PDB. Meski lebih tinggi, defisit tetap diproyeksikan akan kembali berkisar pada angka 2,2% dari PDB seiring dengan membaiknya penerimaan pajak pada Desember 2019.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhamad Wildan
Editor : Achmad Aris
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper