Bisnis.com, JAKARTA - Data terbaru menunjukkan masyarakat mulai gencar berbelanja pada akhir tahun 2019. Bank Indonesia (BI) dalam survei penjualan eceran menunjukkan bahwa indeks penjualan riil (IPR) mulai tumbuh di angka 3,6% (yoy) dan 1,6% (mtm) pada Oktober 2019.
Hal ini jauh lebih baik dibandingkan kuartal III/2019 dimana IPR tercatat hanya tumbuh 1,4% (yoy) dan terus mengalami kontraksi secara month to month pada Juli hingga September 2019.
Pada Juli, IPR tercatat tumbuh 2,4% (yoy) dan -5,3% (mtm) dan kembali melambat pada Agustus dimana IPR tercatat hanya sebesar 1,1% (yoy) dan -2,1% (mtm). Pada September, IPR tercatat hanya tumbuh sebesar 0,7% (yoy) dan -1,9% (mtm).
Pada November 2019, BI memperkirakan IPR bakal tumbuh di angka 3,4% (yoy) dan 2,4% (mtm) disokong oleh konsumsi atas kelompok suku cadang dan aksesori, perlengkapan rumah tangga lainnya, dan kelompok makanan, minuman, dan tembakau.
Dalam survei lain yang dilaksanakan BI yakni survei konsumen, tampak bahwa indeks keyakinan konsumen (IKK) per November 2019 mengalami perbaikan yang signifikan dibandingkan bulan sebelumnya.
Per November 2019, IKK tercatat di level 124,2, lebih baik dari Oktober 2019 dimana IKK tercatat di level 118,4, Adapun pada November tahun sebelumnya IKK tercatat di level 122,7.
Lebih lanjut, survei konsumen tersebut juga menunjukkan bahwa porsi pendapatan rumah tangga yang dialokasikan untuk konsumsi juga meningkat dibandingkan bulan sebelumnya.
Hasil survei menunjukkan bahwa konsumen mengalokasikan 68,9% dari pendapatannya untuk konsumsi, lebih tinggi dibandingkan Oktober 2019 dimana pendapatan yang dialokasikan untuk konsumsi sebesar 68% dan juga lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dimana alokasi untuk konsumsi sebesar 68,2%.
Terakhir, data Badan Pusat Statistik (BPS) juga menunjukkan bahwa impor barang konsumsi pada November 2019 mulai tumbuh 16,28% (yoy) dan 16,13% (mtm) dengan nilai impor konsumsi mencapai US$1,67 miliar.
Apabila dibandingkan dengan bulan Oktober 2019, impor barang konsumsi pada bulan tersebut tercatat masih mengalami kontraksi sebesar -4,44% (yoy) dan tumbuh 2,02% (mtm) dengan nilai impor sebesar US$1,44 miliar.
Akibatnya, porsi impor barang konsumsi pun meningkat dari 9,72% pada Oktober 2019 menjadi 10,87% pada November 2019.
Meski demikian, secara akumulatif dari Januari hingga November 2019 impor barang konsumsi masih tercatat mengalami kontraksi sebesar -6,07% (yoy) dan porsinya dari keseluruhan impor tercatat sebesar 9,45%.