Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Utilitas Pabrikan Kain Kian Menyusut

Tingginya volume impor kain pada tahun ini membuat banyak pabrikan kain lokal gulung tikar.
Penjual bahan kain menata dagangannya di Pusat Grosir Tanah Abang, Jakarta./ANTARA
Penjual bahan kain menata dagangannya di Pusat Grosir Tanah Abang, Jakarta./ANTARA

Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen (APSyFI) menyatakan volume impor kain pada tahun ini mendekati 1 juta ton, lebih tinggi 12% dari realisasi impor kain pada tahun lalu. Kondisi ini membuat pabrikan kain lokal semakin tertekan.

“Itu baru yang tercatat. Karena kami sinyalir banyak juga yang underinvoice. Masuknya benar ke PLB [Pusat Logistik Berikat], tapi underinvoice dan undervolume,” ujar Sekretaris Jenderal APSyFI Redma Wirawasta kepada Bisnis, Rabu (11/12/2019).

Redma mengatakan tingginya volume impor kain pada tahun ini membuat banyak pabrikan kain lokal gulung tikar. Redma mengatakan utilitas pabrikan kain saat ini berada di ambang batas yakni di sekitar 40% — 45%. Menurutnya, utilitas di bawah 40% akan membuat perusahaan memilih menyetop produksi.

Menurutnya, pabrikan yang menghentikan produksi tersebut merupakan pabrikan yang mendapatkan fasilitas restrukturisasi Kementerian Perindustrian. Dengan kata lain, pabrikan yang gulung tikar tersebut memiliki mesin-mesin dengan teknologi terbaru dari Jepang dan negara-negara di Eropa.

Dia mengatakan, walaupun volume impor benang dan serat pada tahun ini tampak rendah, hal tersebut merupakan hasil dari masalah sistemik di industri TPT. Pasalnya, Rendahnya utilitas pabrikan kain membuat konsumsi benang dan serat di dalam negeri rendah.

“Karena kain impornya banyak, industri spinning tidak bergerak,” ucapnya.

Redma mengatakan volume impor kapas pada tahun ini turun sekitar 14,28% dari posisi sekitar 700.000 ton pada tahun lalu. Sementara itu, impor serat polyester hanya mencapai sekitar 80.000 ton pada tahun ini.

Adapun, penurunan impor terbesar terjadi pada produk rayon. Menurutnya, masuknya PT Asia Pacific Rayon membuat jumlah dan jenis produksi rayon bertambah. Namun, pemain industri serat rayon sebelumnya menyetop produksi karena permintaan serat rayon yang rendah.

Konsumsi serat rayon dalam negeri mencapai 350.000 ton.  Di sisi lain, konsumsi serat di dalam negeri masih didominasi oleh serat polyeter sekitar 630.000 ton dan katun sekitar 600.000 ton.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Andi M. Arief
Editor : Galih Kurniawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper