Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Negara Erick Thohir resmi mencopot Direktur Utama PT Garuda Indonesia Persero Tbk I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra atau Ari Askhara dari jabatannya pada Kamis (5/12/2019).
Pemecatan ini merupakan buntut dari temuan kargo gelap di lambung pesawat Garuda Indonesia yang dilaporkan Kantor Kepabean Soekarno-Hatta, 17 November lalu.
Menengok rekam jejaknya di perusahaan pelat merah, umur Ari di Garuda Indonesia belum genap 1,5 tahun. Ia baru dilantik sebagai Direktur Utama Garuda Indonesia pada September 2018 menggantikan bos pendulunya, Pahala Mansyuri.
Ari ditunjuk langsung oleh Menteri BUMN kala itu, Rini Soemarno. Nama Ari tak asing di BUMN. Sebelum menjabat di maskapai pelat merah, Ari sempat menjabat sebagai Direktur Keuangan PT Pelindo III Persero pada Mei 2014.
Tujuh bulan kemudian, ia digeser ke Garuda Indonesia sebagai direktur keuangan. Pada 2016, ia kembali hijrah ke pelat merah yang mengurusi sektor infrastruktur, yakni PT Wijaya Karya Persero. Kala itu ia didapuk menjabat sebagai Direktur Human Capital dan Pengembangan Sistem Wijaya Karya.
Pria yang lahir di Jakarta, 13 Oktober 1971, ini dulunya mengenyam pendidikan di dua universitas negeri. Ia memperoleh gelar sarjana satu atau S-1 sebagai sarjana ekonomi di Universitas Gadjah Mada.
Ari melanjutkan sekolah master di jurusan Administrasi Bisnis International Finance Universitas Indonesia.
Selama menjabat sebagai Direktur Garuda Indonesia, entitas yang dipimpin Ari pernah dirundung sejumlah masalah. Pada triwulan pertama tahun ini, Garuda Indonesia tersangkut masalah laporan keuangan.
Garuda membedaki laporannya dan insiden itu dimasalahkan oleh kedua komisarisnya, Chairal Tanjung dan Dony Oskaria. Keduanya menyatakan ogah menandatangani laporan keuangan 2018 yang disampaikan kepada publik pada 5 April lalu lantaran terkesan dibedaki.
Dalam laporan itu, perseroan Garuda mengaku meraih laba sekitar US$ 5 juta pada 2018 setelah tahun sebelumnya merugi hingga US$ 213 juta. Perseroan kala itu mengakui piutang sebagai pendapatan. Piutang ini terkait pengadaan layanan hiburan di dalam pesawat dan konektivitas Wi-Fi yang melibatkan PT Mahaka Aero Teknologi.
Garuda juga tersandung masalah kerja sama dengan Sriwijaya Air. Kerja sama manajemen keduanya retak karena saling tarik terkait keuntungan dan jabatan direktur. Akhirnya, Sriwijaya memutuskan lepas dengan Garuda pada awal November lalu.