Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Target Pembangunan Smelter hingga 2022 Diperkirakan Meleset

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan pada 2022 nanti hanya ada 52 smelter yang rampung dibangun atau lebih rendah dari rencana awal sebanyak 68 smelter.
Pekerja melakukan proses pemurnian dari nikel menjadi feronikel di fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) Pomalaa milik PT Aneka Tambang (ANTAM) Tbk, di Kolaka, Sulawesi Tenggara, Selasa (8/5/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Pekerja melakukan proses pemurnian dari nikel menjadi feronikel di fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) Pomalaa milik PT Aneka Tambang (ANTAM) Tbk, di Kolaka, Sulawesi Tenggara, Selasa (8/5/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan pada 2022 nanti hanya ada 52 smelter yang rampung dibangun atau lebih rendah dari rencana awal sebanyak 68 smelter.

Adapun 52 smelter tersebut terdiri atas 29 smelter nikel, 9 smelter bauksit, 4 smelter besi, 4 smelter tembaga, 2 smelter mangan, dan 4 smelter timbal dan seng. Penurunan proyeksi tersebut karena terdapat sejumlah smelter yang konstruksinya berada di bawah target kurva S.

Smelter yang diproyeksikan tidak mampu rampung sesuai target mencakup smelter nikel dan bauksit. Sementara itu, komoditas lainnya akan rampung sesuai target. 

Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Yunus Saefulhak mengatakan meskipun proyeksi yang sudah berdasarkan evaluasi tersebut dibawah target, tidak menandakan pemerintah gagal dalam melaksanakan penghiliran. 52 smelter yang rampung tersebut telah menunjukkan bahwa penghiliran mineral berkembang dengan baik dan mampu menyerap produk mineral mentah atau yang belum dimurnikan.

Yunus menegaskan, sebanyak 16 smelter tidak dapat rampung sesuai target karena pengerjaan konstruksi yang lambat. Hal tersebut merupakan hal alamiah yang terjadi dalam suatu pembangunan industri.

Adapun rata-rata progres konstruksi smelter tersebut berada di bawah 10%."Masih konstruksi tetapi kami evaluasi kemajuan sangat lambat," katanya, Jumat (6/10/2019).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper