Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penghiliran Tanaman Pangan Bakal Maksimalkan Potensi Sejumlah Komoditas

Penghiliran tanaman pangan berorientasi ekspor dinilai bakal berdampak positif terhadap pengembangan beberapa komoditas yang potensial.
Pekerja memanen Singkong sebagai bahan baku tepung tapioka di lahan pertanian Kelurahan Blabak, Kota Kediri, Jawa Timur, Jumat (5/5)./Antara-Prasetia Fauzani
Pekerja memanen Singkong sebagai bahan baku tepung tapioka di lahan pertanian Kelurahan Blabak, Kota Kediri, Jawa Timur, Jumat (5/5)./Antara-Prasetia Fauzani

Bisnis.com, JAKARTA - Penghiliran tanaman pangan berorientasi ekspor dinilai bakal berdampak positif terhadap pengembangan beberapa komoditas yang potensial.

Wakil Ketua Komite Ketahanan Pangan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suharyo Husen mengemukakan potensi penghiliran tanaman pangan yang besar diperlihatkan oleh komoditas ubi kayu atau singkong.

Dia menyatakan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian tengah menggarap proyek percobaan untuk penanaman singkong di area seluas 6.000 hektare (ha) yang tersebar di tiga provinsi, yakni Lampung, Bengkulu, dan Kalimantan Barat. Total kebutuhan bibit untuk lahan ini disebutnya mencapai 10.000 batang.

“Mulai jalan 2020 dan kebutuhan bibitnya 10.000 batang per hektare. Dari satu pohon ada dua batang yang panjangnya sekitar satu meter untuk bibit, itu bisa jadi lima batang. Jadi, kalau 10.000 bibit itu bisa 100.000 batang,” ujarnya, Senin (2/12/2019).

Dalam 10 tahun ke depan, tutur Suharyo, pengembangan tanaman singkong setidaknya membutuhkan lahan seluas 1 juta ha dengan investasi senilai Rp44 triliun. Area tersebut disebutnya mencakup 500.000 ha untuk pengembangan industri tepung modified cassava flour (mocaf) dan 500.000 ha lainnya untuk tepung tapioka yang keduanya berbahan baku singkong.

“Kebutuhan lahan ini bisa dipenuhi lewat perhutanan sosial. Mereka punya lahan yang dikelola sekitar 12,7 juta hektare. Kami hanya minta 1 juta hektare untuk singkong. Nantinya akan dikonsentrasikan di Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. Masing-masing asumsikanlah sekitar 200.000 hektare, 100.000 hektare supaya biaya transportasinya bisa ditekan,” sambung Suharyo.

Pengembangan ini pun disebut Suharyo memerlukan peningkatan produktivitas tanaman singkong setidaknya tiga kali lipat dari yang saat ini berkisar di angka 20 ton per ha menjadi 60 ton per ha. Jika hal ini tercapai, produksi total singkong diperkirakan dapat mencapai 3 juta ton dan 2 jutanya dapat dikelola untuk bahan baku mocaf dan tepung tapioka.

“Jika produksi mencapai jumlah tersebut setidaknya 20 persen dari total kebutuhan gandum kita bisa disubstitusi oleh tepung tapioka. Selain itu, bisa memenuhi kebutuhan lokal juga. Setiap tahun kita impor tepung tapioka sekitar 500.000 ton,” paparnya.

Adapun Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan membidik investasi senilai Rp8,95 triliun pada 2020 mendatang untuk mendukung peningkatan ekspor berbagai komoditas subsektor ini. 

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Suwandi mengemukakan kebutuhan investasi dengan nominal tersebut diperlukan dalam mendongkrak industri pengolahan tujuh jenis tanaman pangan yang mencakup padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper