Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Porsi Bisnis Nonaero Harus Melonjak, Ini Strategi Angkasa Pura II

Direktur Utama Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin mengatakan ingin fokus mengembangkan bisnis nonaeronautika sehingga tidak hanya bertumpu mengandalkan bisnis aeronautika sebagai sumber pendapatan utama.
Dirut AP II Muhammad Awaluddin sedang memaparkan persiapan menghadapi Angkutan Lebaran 2019 saat acara buka puasa bersama dengan wartawan, Kamis (16/5/2019)./Bisnis-Rio Sandy Pradana
Dirut AP II Muhammad Awaluddin sedang memaparkan persiapan menghadapi Angkutan Lebaran 2019 saat acara buka puasa bersama dengan wartawan, Kamis (16/5/2019)./Bisnis-Rio Sandy Pradana

Bisnis.com, JAKARTA - PT Angkasa Pura II (Persero) telah menyiapkan sejumlah langkah untuk menyetarakan pendapatan bisnis aeronautika dengan nonaeronautika atau minimal 50 persen.

Direktur Utama Angkasa Pura (AP) II Muhammad Awaluddin mengatakan ingin fokus mengembangkan bisnis nonaeronautika sehingga tidak hanya bertumpu mengandalkan bisnis aeronautika sebagai sumber pendapatan utama.

"Saat ini, kontribusi pendapatan dari bisnis nonaeronautika sebesar 39 persen dan sisanya 61 persen masih berasal dari bisnis aeronautika. Kami menargetkan kedepannya kontribusi dari bisnis nonaeronautika bisa mencapai di atas 50 persen," katanya kepada Bisnis.com, Senin (25/11/2019).

Dia menuturkan pada tahun berjalan ini, kontribusi dari bisnis anak perusahaan secara grup sudah menembus 22 persen. Sementara, 78 persen masih dikontribusi dari bisnis induk perusahaan.

Pihaknya menjelaskan strategi untuk meningkatkan kinerja bisnis non-aeronautika antara lain dengan mengejar bisnis baru melalui dibentuknya sejumlah anak usaha. Selain itu, mulai menata pembagian portofolio perusahaan melalui dua arus pendapatan yaitu core business dan adjacent business. 

Core business, lanjutnya, lebih banyak mendorong pertumbuhan pada legacy business. Adapun, adjacent business lebih banyak mendorong pertumbuhan pada bisnis baru.

Pada 2016, perseroan telah membentuk anak usaha PT Angkasa Pura Kargo (APK) dan PT Angkasa Pura Propertindo (APP). Keduanya melengkapi anak usaha lain yang sudah ada sebelumnya yaitu PT Angkasa Pura Solusi (APS).

APK saat ini tengah mempersiapkan cargo village, yakni pengembangan terminal kargo existing di Bandara Soekarno-Hatta dengan target mengelola 1,5 juta ton kargo setiap tahun.

Sementara itu, APP kini sudah mengoperasikan hotel di Bandara Kualanamu dan pada Desember 2019 akan mengoperasikan hotel berbintang di Terminal 3 Internasional, dan Terminal 3 Domestik Bandara Soekarno Hatta.

APP mengelola 10 unit gedung di kawasan bandara berkode CGK, serta akan menghadirkan integrated building yang modern dan premium di Bandara Soekarno Hatta. Tahun depan, akan masuk ke bisnis apartemen dan rumah tapak di sekitar Bandara Soekarno-Hatta.

Anak usaha AP II yang sudah sangat berkembang adalah APS, yang kini fokus pada bisnis digital teknologi dan informasi, serta terkait dengan sumber daya manusia di sektor kebandarudaraan dan penunjang bisnis lainnya (passenger services dan facilities services).

Dia menuturkan APA yang lahir pada 2019 disiapkan sebagai strategic purpose vehicle untuk program kemitraan strategis dengan global airport operator di Bandara Kualanamu. Saat ini sedang dalam proses persiapan tender untuk mencari mitra strategis untuk mewujudkan international hub di kawasan Barat Indonesia.

Strategi peningkatan bisnis baru untuk sektor nonaeronautika juga dilakukan melalui akuisisi perusahaan. AP II telah menambah kepemilikan saham melalui mekanisme right issue di PT Gapura Angkasa.

Sebelumnya, hanya memiliki saham dengan porsi 31,25% menjadi 46,62% atau kini sebagai pemegang saham pengendali. Gapura Angkasa bergerak di bidang ground handling business di sejumlah bandara di Indonesia.

Selain itu, pihaknya juga memutuskan untuk mengambil porsi kepemilikan saham di PT Bandarudara Internasional Jawa Barat (BIJB) selaku perusahaan pemilik Bandara Kertajati. Pada Desember 2019, porsi saham AP II di BIJB adalah 8 persen, lalu akan meningkat menjadi 16 persen pada Desember 2020, kemudian 25 persen pada Desember 2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Hendra Wibawa
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper