Bisnis.com, JAKARTA - PT Angkasa Pura I (Persero) berhasil meraih rating gold dalam ajang Asia Sustainability Reporting Rating (Assrat) 2019 yang diselenggarakan oleh National Center for Sustainability Reporting (NCSR).
Direktur Utama Angkasa Pura (AP) I Faik Fahmi mengatakan rating gold ini merupakan apresiasi atas komitmen perseroan dalam menjalankan bisnis kebandarudaraan yang berkelanjutan.
Selain itu, anugerah itu menunjukkan AP I senantiasa berkontribusi positif terhadap pelestarian lingkungan hidup, memberikan dampak sosial dan ekonomi bagi masyarakat. Hal tersebut mengacu pada Global Reporting Initiative (GRI) yang mendukung Sustainable Development Goals (SDGs).
"Komitmen kami tidak hanya ditunjukkan melalui berbagai kegiatan yang mendukung pelestarian lingkungan di wilayah bandara seperti konservasi dan edukasi lingkungan hidup. Lebih dari itu, kami menerapkan prinsip-prinsip pelestarian lingkungan hidup pada proses bisnisnya agar terwujud proses bisnis yang berkelanjutan," katanya dalam siaran pers, Minggu (24/11/2019).
Dia menambahkan kegiatan pengembangan dan pengelolaan bandara harus membawa manfaat sosial dan manfaat lingkungan hidup bagi masyarakat sekitar bandara.
Menurutnya, AP I berkomitmen untuk menerapkan prinsip eco-airport dan prinsip perusahaan berkelanjutan pada operasional dan pengembangan bandara.
Faik mengklaim telah mengenalkan konsep bandara ramah lingkungan (eco-friendly airport) melalui terminal baru Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang yang diikuti pengimplementasian secara penuh standar ISO 14001 terkait dengan lingkungan oleh Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali.
AP I juga telah memasukkan strategi lingkungan hidup ke dalam program-program corporate social responsibility (CSR) seperti penanaman pohon, penanaman terumbu karang, dan lainnya.
BUMN itu melakukan beberapa inisiatif pada kegiatan operasional yang berbasis lingkungan. Pertama, melakukan pelaporan karbon yang dihasilkan di semua 13 bandara melalui platform ACERT (ACI's Airport Carbon and Emissions Reporting Tool) setiap enam bulan.
Kedua, melakukan analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) dalam setiap pembangunan di kawasan bandara, baik kawasan sisi darat (landside) maupun sisi udara (airside). Ketiga, menyediakan instalasi fasilitas pengelolaan air hujan, daur ulang air limbah, pengukuran emisi kendaraan, dan pengelolaan sampah/ waste management.
Keempat, implementasi konsep arsitektur penerangan terminal pada bandara dan terminal bandara baru. Kelima, instalasi LED floods lights untuk penerangan area apron, sistem sensor pada peralatan, panel surya, dan pendingin dengan bantalan magnetic sentrifugal. Semua ini digunakan sebagai solusi alternatif dalam penghematan energi.
Keenam, melakukan kajian habitat management untuk memastikan pembangunan dan operasional bandara tidak mengganggu biodiversity dan memitigasi bahaya (hazard) yang ditimbulkan oleh kehadiran hewan liar di kawasan bandara.
Assrat diinisiasi oleh National Center for Sustainability Reporting (NCSR), lembaga di Indonesia yang terafiliasi dengan organisasi Global Reporting Initiative (GRI) yang berpusat di Belanda.
Assrat memberikan rating dalam empat peringkat yaitu Platinum (paling tinggi), Gold, Silver dan Bronze (paling rendah) kepada perusahaan-perusahaan terbaik yang telah berhasil mengkomunikasikan kinerja keberlanjutan kepada pemangku kepentingan melalui laporan keberlanjutan.
Tahun ini, proses penilaian laporan dilakukan oleh 50 assessor, yang merupakan dosen dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia dan telah memiliki sertifikat spesialis laporan berkelanjutan yang dikeluarkan oleh NCSR. Adapun, peserta Assrat tahun ini berjumlah 50 perusahaan terdiri dari Indonesia 41 organisasi/perusahaan, Bangladesh 2 perusahaan, Malaysia 3 perusahaan, Singapore 2 perusahaan dan Filipina 2 perusahaan.
Hasil rating yang diperoleh ini dapat digunakan oleh instansi lain seperti Kementerían Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk menilai keandalan aspek lingkungan suatu perusahaan.