Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah meyakini bahwa konsumsi rumah tangga pada kuartal IV/2019 bakal meningkat dibandingkan dengan kuartal III/2019.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan konsumsi kuartal IV/2019 bakal meningkat didukung oleh rangkaian Natal dan Tahun Baru serta peningkatan belanja pemerintah menjelang akhir tahun.
Menurunnya porsi pendapatan masyarakat yang dialokasikan untuk konsumsi serta meningkatnya alokasi tabungan dari September ke Oktober 2019 juga masih belum mengindikasikan adanya perlambatan konsumsi untuk akhir tahun 2019.
Hal ini karena bagaimanapun proporsi pendapatan yang digunakan untuk konsumsi pada Oktober 2019 masih lebih tinggi dibandingkan dengan Oktober 2018. "Berarti potensi konsumsi [pada kuartal IV] justru meningkat," ujar Iskandar, Minggu (10/11/2019).
Direktur Riset CORE Piter Abdullah juga menilai bahwa konsumsi rumah tangga pada kuartal IV/2019 bagaimanapun pasti akan meningkat karena adanya dukungan dari faktor musiman yakni Natal dan Tahun Baru.
Meski demikian, Piter mencatat bahwa pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal IV/2019 tidak akan setinggi sebelumnya karena minimnya ruang bagi pemerintah untuk memberikan stimulus kepada konsumsi.
"Stimulus di akhir tahun masih terbatas sehingga faktor musimannya akan minimal, tetapi konsumsi tetap naik," ujar Piter.
Seperti diketahui, survei konsumen per Oktober 2019 yang dirilis oleh BI menunjukkan bahwa tendesi masyarakat untuk menabung justru lebih tinggi dibandingkan dengan September 2019.
Porsi tabungan terhadap pendapatan per Oktober 2019 meningkat dari 19,4% pada bulan sebelumnya menjadi 19,8%. Adapun porsi pendapatan yang digunakan untuk konsumsi menurun dari 68% pada September 2019 menjadi 68,8%.
Hal ini berbanding terbalik dibandingkan dengan tren 2018 di mana ketika memasuki Oktober porsi pendapatan yang digunakan untuk konsumsi meningkat dari 67,1% pada September 2018 menjadi 67,7% pada Oktober 2018. Porsi pendapatan yang ditabung pun menurun dari 20,1% pada September 2018 menjadi 19,6% pada Oktober 2018.
Porsi pendapatan yang digunakan untuk konsumsi terus meningkat pada November 2018 di mana kala itu tercatat mencapai 68,2%, sedangkan porsi pendapatan yang ditabung kembali turun ke angka 19%.
Dengan adanya data ini, ekonom Indef Ahmad Heri Firdaus pun memiliki pandangan yang berbeda. Menurutnya, data ini sejalan dengan melambatnya konsumsi rumah tangga akhir-akhir ini.
Konsumsi rumah tangga yang per kuartal III/2019 tumbuh 5,01% dan hanya terpaut sedikit dibandingkan dengan kuartal III/2018 yang tumbuh 5,0% menunjukkan bahwa konsumsi akhir-akhir ini cenderung melambat.
"Data BPS terbaru konsisten dengan data BI yang mengindikasi bahwa pendapatan masyarakat banyak masuk ke tabungan daripada konsumsi," ujar Ahmad, Minggu (10/11/2019).
Adapun secara lebih teperinci, kelompok masyarakat yang paling banyak menurunkan alokasi konsumsinya adalah kelompok dengan pengeluaran pada angka Rp3,1 juta-Rp4 juta dan Rp4,1 juta-Rp5 juta per bulan.
Menurutnya, hal ini timbul karena kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh BI masih belum tertransmisi terhadap perbankan sehingga konsumsi dari masyarakat kelas menengah terutama untuk kredit kendaraan dan properti masih belum meningkat.
Oleh karena itu, beberapa langkah yang bisa dikeluarkan oleh pemerintah pada kuartal IV/2019 adalah dengan menjaga inflasi dari komoditas-komoditas yang tergolong memiliki volatilitas tinggi seperti harga bahan pangan dan makanan jadi.