Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

6 Bulan Ke Depan, Daya Beli Diperkirakan Masih Lemah

Survei Penjualan Eceran September 2019 dari Bank Indonesia menyatakan penjualan eceran tumbuh melambat. Pasalnya, Indeks Penjualan Riil (IPR) September 2019 tercatat 212,4 atau tumbuh hanya 0,7% (yoy), lebih rendah dari Agustus 2019 sebesar 1,1% (yoy).

Bisnis.com, JAKARTA – Penjualan eceran yang melambat pada September 2019 sejalan dengan Indeks Tendensi Konsumen pada kuartal III/2019 yang menurun bahkan berpotensi berlanjut hingga 6 bulan ke depan.

Survei Penjualan Eceran September 2019 dari Bank Indonesia menyatakan penjualan eceran tumbuh melambat. Pasalnya, Indeks Penjualan Riil (IPR) September 2019 tercatat 212,4 atau tumbuh hanya 0,7% (yoy), lebih rendah dari Agustus 2019 sebesar 1,1% (yoy).

Selain itu, survei ini juga mengindikasikan penjualan eceran secara kuartal III/2019 tumbuh 1,4% (yoy), masih lebih rendah dibandingkan dengan 4,2% (yoy) pada kuartal II/2019, dan 4,6% (yoy) pada kuartal II/2018.

“Pertumbuhan penjualan eceran terutama terjadi pada kelompok perlengkapan rumah tangga lain yang tercatat tumbuh 11,1% [yoy], meningkat dari 8,3% [yoy] pada bulan sebelumnya,” tulis Bank Indonesia melalui laporan yang dikutip Bisnis.com, Rabu (6/11/2019).

Secara lebih terperinci, perlambatan penjualan terjadi pada komponen barang sandang, dengan kontraksi -0,2% (yoy), setelah sebelumnya mencatatkan pertumbuhan signifikan 27,5% (yoy) pada kuartal II/2019, berkat momentum Idulfitri dan Ramadan. Penurunan lain terjadi di sektor bahan bakar kendaraan bermotor, terkontraksi -3,4% (yoy), dan kelompok barang budaya dan rekreasi terkontraksi -1,4% (yoy) pada kuaral II/2019.

Kepala Badan Pusat Statistik, Kecuk Suhariyanto menyatakan, Indeks Tendensi Konsumen (ITK) pada kuartal III/2019 juga tercatat turun menjadi 101,03 poin dari kuartal sebelumnya sebesar 125,68. Indeks yang menurun cukup dalam ini diklaim masih dalam ambang optimisme karena tidak di bawah indeks 100.

Suhariyanto memerinci, komponen pembentuk ITK pada kuartal III/2019 antara lain pendapatan, pengaruh inflasi terhadap konsumsi, dan volume konsumsi. Adapun yang menurun cukup dalam adalah pendapatan dan volume konsumsi.

“Pendapatan tercatat 100,39 poin menurun dari kuartal sebelumnya sebesar 130,97. Sementara itu volume konsumsi juga turun dari 129,65 poin menjadi 100,42,” ujar Suhariyanto.

Sementara itu, untuk komponen pembentuk ITK yakni pengaruh inflasi terhadap konsumsi pada kuartal III/2019 tercatat 102,70 poin menurun dari kuartal sebelumnya 112,62 poin.

BPS mengklaim pada kuartal IV/2019, perkiraan pendapatan akan mengalami perbaikan pada level 108,09 poin. Oleh sebab itu, diperkirakan ITK pada kuartal IV/2019 akan mencapai level 103,80 poin membaik dari kuartal III/2019.

6 BULAN KE DEPAN 

Jika berkaca dari Survei Konsumen yang dikeluarkan Bank Indonesia pada Oktober 2019, Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap kondisi ekonomi 6 bulan ke depan masih melemah dari bulan sebelumnya. Bank Indonesia menilai hal itu telah tercermin dalam Indeks Ekspektasi Ekonomi (IEK) Oktober 2019 yang tercatat sebesar 132,0 lebih rendah dari bulan sebelumnya 136,2.

Bank Indonesia menyebut, faktor yang menyebabkan ekspektasi terhadap kondisi ekonomi ke depan masih lemah adalah penurunan yang bersumber dari semua indeks penyusun. Terutama dari penurunan Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha pada 6 bulan mendatang. Pasalnya, Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha menurun dari 137,1 menjadi 130,8.

Adapun penurunan ini terjadi dari semua kelompok responden dengan kontraksi terdalam pada responden berpengeluaran Rp1 juta sampai Rp2 juta per bulan.

Selain Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha yang melemah, Indeks Ekspektasi Penghasilan juga turut terkontraksi dalam 6 bulan ke depan. Hal ini terindikasi dengan hasil survei per Oktober 2019 indeks ini berada pada level 146,4 poin dari sebelumnya 148,9 poin. Bank Indonesia menilai, kontraksi ini terjadi disebabkan oleh meningkatnya responden yang melakukan tabungan ketimbang konsumsi.

Sampai dengan 6 bulan ke depan yakni April 2020, jumlah tabungan diperkirakan meningkat dengan level 121,2 poin dari sebelumnya 118,2, sedangkan pinjaman malah diperkirakan menurun seiring dengan Indeks Perkiraan Jumlah Utang menurun dari 159,6 menjadi level 153,0.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper