Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Karet Rendah, Produksi Berpotensi Turun

Rendahnya harga karet telah berdampak pada kesejahteraan petani dan tingkat produksi yang berpotensi menurun.
Petani memanen getah karet di Banyuasin, Sumatra Selatan, Selasa (8/1/2019)./Antara-Nova Wahyudi
Petani memanen getah karet di Banyuasin, Sumatra Selatan, Selasa (8/1/2019)./Antara-Nova Wahyudi

Bisnis.com, JAKARTA — Rendahnya harga karet telah berdampak pada kesejahteraan petani dan tingkat produksi yang berpotensi menurun.

Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Moenardji Soedargo mengapresiasi langkah pemerintah untuk meningkatkan konsumsi dalam negeri. Ia menyebutkan harga karet global yang rendah telah membuat berimbas pada kesejahteraan petani dan produksi secara kumulatif.

"Banyak potensi serapan di dalam negeri. Dari industri pun sudah compatible. Bahan baku sudah kami sediakan, untuk lanjutan sudah ada," kata Moenardji usai menghadiri rapat koordinasi di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Senin (14/10/2019).

Moenardji menyebutkan rendahnya harga karet telah membuat petani dalam negeri kesulitan merawat tanamannya. Hal ini terlihat dari sebaran penyakit gugur daun karet yang telah berdampak pada lahan seluas 380.000 hektare (ha) di sejumlah sentra produksi.

"Produksi berpotensi turun 500.000 ha akibat gugur daun karet. Dari laporan International Rubber Board, di sejumlah negara produsen seperti Malaysia, Thailand, dan Sri Lanka pun sudah terdampak," sambungnya.

Luasnya lahan yang terimbas penyakit ini diharapkan Moenardji dapat menjadi pelajaran bagi pasar global dan negara-negara penyerap karet alam untuk tak mempermainkan harga. Pasalnya, tren penurunan permintaan secara global memberi dampak yang nyata bagi sisi hulu karet.

"Ini menjadi pengalaman yang harus dipelajari market. Jangan main-main jika harga rendah terlalu lama. Hal ini menyakiti pohon karet dan petani, bisa-bisa produksi menurun. Harga rendah tidak sustainable bagi petani," ucapnya.

Skema pengurangan ekspor yang dilakukan oleh negara eksportir (AETS) pun disebut Moenardji tak berdampak panjang bagi harga karet. Negara-negara produsen karet yang tergabung dalam International Tripartite Rubber Council (ITRC) pun disebutnya belum membahas rencana perpanjangan pengurangan ekspor yang tercatat berakhir pada September lalu.

"Sepertinya tidak ada AETS, belum ada omongan ke sana. Lagi pula sifatnya temporer, kalau terus-terusan tidak baik juga," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper