Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku usaha dinilai mampu memenuhi target konsumsi daging sapi melalui penggemukan di bekas lahan tambang dan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Timur.
Adapun Pemerintah Provinsi Kaltim menargetkan menambah produksi sapi menjadi 150.000 ekor per tahun. Hal itu sebagai antisipasi pemindahan ibu kota baru dengan memperhitungkan tambahan penduduk menjadi 5,5 juta jiwa.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Bidang Pengolahan Makanan dan Industri Peternakan Juan Permata Adoe mengatakan apabila kebijakan yang dibuat menguntungkan, pelaku usaha tentunya akan mendukung upaya yang dilakukan pemerintah terkait pemenuhan produksi sapi.
"Apalagi, ibu kota akan pindah. Sambil investasi, sambil lihat populasi penduduk juga nambah," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (5/9/2019).
Secara komersial, industri penggemukan sapi belum memiliki keuntungan yang besar. Namun, dia optimistis penggemukan di areal perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Timur tersebut bisa berjalan.
"Kita harapkan di Kalimantan akan hidup mekanisme pasarnya, membuat suplai dan demand berjalan, harga juga akan terbentuk," tutur Juan.
Sementara itu, Juan masih mempertanyakan mengapa bibit sapi penggemukan ini hanya diimpor dari Australia saja. Dia berharap Indonesia juga mengimpor sapi Brasil yang dinilai memiliki kualitas yang bagus.
Untuk itu, dia berharap pemerintah membuka keran impor sapi dari Brasil dan negara lain. Pasalnya, para pelaku usaha akan sangat selektif sebelum melakukan investasi.
"Hingga kini belum ada jawaban [dari pemerintah]. Katanya Brasil sudah dibuka, tapi yang dibuka dagingnya, bukan sapinya. Mestinya dikombinasi saja," jelas Juan.