Bisnis.com, BOGOR - Presiden Joko Widodo meminta industri untuk memaksimalkan potensi sampah dan limbah dalam negeri.
Hal tersebut merespons terhadap tingginya impor sampah dan limbah ke Indonesia. Apalagi, pengiriman sampah dan limbah dari luar negeri ke Indonesia disusupi oleh limbah yang tidak bisa didaur ulang.
"Dan lebih bahaya lagi terkontaminasi oleh bahan berbahaya dan beracun atau B3 yang berbahaya bagi masyarakat. Oleh karena itu langkah-langkah pengendalian harus dilakukan," katanya di Istana Bogor, Selasa (27/8/2019).
Di satu sisi, Jokowi menjelaskan impor limbah terutama kertas dan plastik dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri. Tetapi di sisi lain, banyaknya sampah dan limbah itu berpotensi merusak lingkungan jika tidak bisa didaur ulang.
"Kita harus maksimalkan potensi sampah di dalam negeri terlebih dahulu untuk kebutuhan bahan baku industri," tegasnya.
Data Badan Pusat Statistik menunjukkan adanya peningkatan impor sampah kertas yang tercampur sampah plastik sebesar 283.152 ton pada 2018. Angka tersebut merupakan puncak tertinggi impor sampah plastik selama 10 tahun terakhir.
Pada 17 Juni 2019, lima kontainer berisi sampah asal Amerika Serikat (AS) di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, dikembalikan karena isinya teridentifikasi tidak sesuai Pemberitahuan Impor Barang (PIB).
Adapun, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga memeriksa 65 kontainer yang diduga berisi limbah impor di Kota Batam, Kepulauan Riau.