Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lemahnya Ekspor Komoditas Berpotensi Picu Defisit Neraca Dagang Juli

Neraca perdagangan Juli 2019 diprediksi akan defisit akibat lemahnya ekspor komoditas.
Presiden Joko Widodo (ketiga kiri) didampingi Menperin Airlangga Hartarto (kiri), Dirut Pelindo II Elvyn G. Masassya (kedua kiri), Menteri BUMN Rini Soemarno (tengah), Menhub Budi Karya Sumadi dan Mendag Enggartiasto Lukita menekan tombol pelepasan ekspor komoditas Indonesia menggunakan kapal kontainer berukuran raksasa, di Terminal JICT, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/5/2018)./ANTARA-Wahyu Putro A
Presiden Joko Widodo (ketiga kiri) didampingi Menperin Airlangga Hartarto (kiri), Dirut Pelindo II Elvyn G. Masassya (kedua kiri), Menteri BUMN Rini Soemarno (tengah), Menhub Budi Karya Sumadi dan Mendag Enggartiasto Lukita menekan tombol pelepasan ekspor komoditas Indonesia menggunakan kapal kontainer berukuran raksasa, di Terminal JICT, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/5/2018)./ANTARA-Wahyu Putro A

Bisnis.com, JAKARTA -- Neraca perdagangan Juli 2019 diprediksi akan defisit akibat lemahnya ekspor komoditas.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan neraca perdagangan Juli diperkirakan defisit US$520 juta dengan laju ekspor diperkirakan -15,74% (y-o-y) dan laju impor tercatat -22,14% (y-o-y).

"Meskipun aktivitas perdagangan sudah kembali normal pascalibur Lebaran pada bulan Juni, ekspor diperkirakan masih dipengaruhi oleh lemahnya harga komoditas ekspor seperti batu bara dan karet alam meskipun harga CPO cenderung meningkat terbatas sepanjang bulan Juli lalu," ujar Josua kepada Bisnis.com, Rabu (14/8/2019).

Dia menyatakan bahwa volume ekspor juga masih terbatas. Hal ini terindikasi dari aktivitas manufaktur yakni PMI manufaktur, dari mitra dagang utama Indonesia seperti AS, Uni Eropa dan global.

Sementara itu, kata Josua, impor nonmigas diperkirakan akan kembali normal dan cenderung meningkat. Hal tersebut terindikasi dari kinerja ekspor Tiongkok yang juga meningkat pada periode yang sama.

"Namun, impor migas diperkirakan cenderung menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya," sambungnya.

Josua menegaskan tantangan neraca perdagangan hingga akhir tahun ini masih berasal dari isu perang dagang antara AS dan China yang akan mempengaruhi volume ekspor dan fluktuasi harga komoditas global. 

Meskipun demikian, dia memprediksi impor barang modal sepanjang semester II tahun ini diperkirakan melandai seiring dengan moderasi investasi.

"Sementara impor migas juga diperkirakan menurun seiring tren penurunan harga minyak mentah dunia," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper