Bisnis.com, SURABAYA - Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo mengatakan Islamic Finance atau pembiayaan syariah memiliki potensi untuk berperan besar dalam implementasi impact investment atau investasi berkelanjutan.
"Islamic Finance sejalan dengan impact investing yaitu tujuan bisnis tetap tercapai dan bisa memberikan manfaat kepada masyarakat dalam mencapai SDGs [Sustainable Development Goals],” kata Mardiasmo, Rabu (24/7/2019).
Mardiasmo menyampaikan bahwa dana sosial yang bisa dikelola secara syariah adalah wakaf dalam bentuk tunai yang hasilnya dapat membantu aktivitas masyarakat.
Adapun impact investment telah diterjemahkan oleh pemerintah dalam bentuk green sukuk yang digunakan untuk membangun 727 Km jalur kereta double-track, pengelolaan sampah untuk 3,4 juta rumah tangga, dan 121 pembangkit listrik mini tenaga matahari.
Dalam rangka mewujudkan target SDGs, diperlukan biaya yang banyak dan tidak bisa pula bergantung pada model investasi tradisional.
Oleh karena itu, inovasi dalam pembiayaan sangat penting dalam rangka mencapai target tersebut yang jatuh pada 2030.
Untuk diketahui, negara-negara berkembang masih membutuhkan tambahan investasi sebesar US$2,5 triliun tiap tahun.
Impact investment yang dibaurkan dengan Islamic Finance memiliki potensi yang besar untuk mencapai target tersebut.
Country Director United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia Christophe Bahuet mengatakan, aset dari Islamic Finance memiliki potensi untuk mencapai US$3,8 triliun pada 2022.
"Indonesia merupakan market terbesar untuk impact investing di Asean dan Islamic Finance tumbuh secara sehat. Jadi ada potensial yang sangat besar untuk blended finance di indonesia," ujar Christophe, Rabu (24/7/2019).
Sebelumnya, UNDP telah bekerja sama dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dan Kementerian ESDM dalam rangka mengembangkan pembangkit listrik mikrohidro yang didanai melalui zakat di Jambi.
Hasilnya, lebih dari 4.000 warga yang tinggal di wilayah terpencil di Jambi sekarang dapat menikmati listrik yang bersumber dari energi terbarukan.
Secara lebih rinci, pendanaan pembangkit listrik mikrohidro bersumber dari Bank Jambi dengan kontribusi sebesar Rp3,76 miliar dan Baznas sebesar Rp4,8 miliar.