Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bahan Kimia Terkendala, Industri Kosmetik Diarahkan Pakai Herbal

Pengembangan industri bahan baku kosmetik berbasis kimia di Indonesia menghadapi kendala. Oleh karena itu, pemerintah saat ini mendorong industri bahan baku kosmetik berbahan herbal.
ilustrasi
ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA — Pengembangan industri bahan baku kosmetik berbasis kimia di Indonesia menghadapi kendala. Oleh karena itu, pemerintah saat ini mendorong industri bahan baku kosmetik berbahan herbal.

Taufiek Bawazier, Direktur Kimia Hilir Kementerian Perindustrian, mengatakan hingga kini sebanyak 90% bahan baku kosmetik berbasis kimia masih diimpor dari negara lain. Salah satu bahan baku kosmetik berbasis kimia adalah wax atau lilin.

Menurutnya, bahan baku ini sulit berkembang di dalam negeri karena masalah di sektor yang lebih hulu, yaitu sektor minyak dan gas (migas).

"Ini terkait dengan penerimaan negara, yang salah satu indikatornya dari lifting minyak dengan harga yang sudah ditentukan. Kalau industri kan butuh yang murah supaya bisa kompetitif, tetapi di sisi lain pemerintah butuh penerimaan. Problemnya di situ," ujarnya pekan lalu.

Oleh karena itu, dengan ketersediaan bahan baku alam yang melimpah, pemerintah pun mengarahkan pengembangan bahan baku kosmetik berbasis herbal.

Kemenperin menggandeng Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

"Di Indonesia banyak sekali tumbuhan yang bisa digunakan untuk kosmetik, misalnya kelor atau moringa dan daun pegangan. Arahnya sekarang tidak hanya untuk obat tradisional, tetapi juga ke kosmetik," jelasnya.

Taufiek mengatakan saat ini terdapat salah satu perusahaan kosmetik yang akan menjual produk berbahan baku herbal dari suku Dayak. Produk ini dikembangkan dari kebiasaan masyarakat suku Dayak yang menggunakan herbal sebagai pelindung kulit dari sinar matahari atau sunblock.

Berdasarkan catatan Kemenperin, ekspor produk kosmetik selama 2018 senilai US$556,36 juta, naik dibandingkan tahun sebelumnya yang senilai US$516,88 juta.

Walaupun mengalami peningkatan ekspor, di sisi impor juga mengalami kenaikan dari US$631,66 juta menjadi US$850,15 juta sepanjang tahun lalu.

Melalui pengembangan bahan baku berbasis herbal, diharapkan dapat mengurangi ketergantungan bahan baku impor serta meningkatkan ekspor kosmetik.

Sancoyo Antarikso, Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia (Perkosmi), menuturkan untuk bisa meningkatkan ekspor kosmetik, salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah pabrikan harus mengupayakan produk yang punya keunikan melalui bahan baku yang berbasis tanaman asli Indonesia.

“Plant based. Kami melakukan itu dan menyasar pasar Asean dulu, baru Asia dan lainnya,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper