Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Semen Indonesia (ASI) menyatakan serapan semen pada semester I/2019 cukup memprihatinkan, baik secara bulanan pada Mei dan Juni 2019 maupun selama Januari—Juni 2019.
Asosiasi menilai buruknya serapan semen pada paruh pertama tahun ini karena proyek-proyek belum dimulai.
Ketua Umum ASI Widodo Santoso mengatakan konsumsi semen pada Juni anjlok 27,4% secara bulanan menjadi 2,7 juta ton. Namun, konsumsi semen pada Juni naik 12,8% secara tahunan. Widodo menduga hal tersebut disebabkan oleh libur lebaran selama 10 hari.
“[Konsumsi tersebut] relatif sangat kecil karena kemampuan produksi kami [produsen lokal] bisa 7 juta ton per bulan,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (11/7/2019).
Selain itu, lanjutnya, konsumsi bulan Mei turun 10% secara tahunan. Alhasil, konsumsi pada paruh pertama mengalami penurunan konsumsi sejumlah 670.000 ton secara tahunan dengan permintaan semen rata-rata hanya 4,9 juta ton per bulan. Adapun, rata-rata konsumsi semen pada semester I/2018 mencapai 6,58 juta ton per bulan.
Menurutnya, banyak pabrikan yang menghentikan sementara sebagian unit produksinya pada Mei dan Juni seperti PT Semen Indonesia Tbk. dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. karena stok semen dan klinker menumpuk di pabrik dan gudang-gudang penyangga.
Widodo mengatakan pertumbuhan konsumsi semen pada semester I/2019 hanya terjadi di wilayah timur yang hanya berkontribusi 25% dari konsumsi nasional.
Sementara itu, serapan semen di Jawa dan Sumatra yang menopang 75% konsumsi nasional turun 3,41% atau sekitar 792.957 ton secara tahunan.
Widodo berharap permintaan sudah pulih pada Juli untuk mengejar target pertumbuhan konsumsi nasional pada akhir tahun maksimal 2% dari realisasi tahun lalu.
Widodo menghitung harus ada penambahan konsumsi sejumlah 40,1 juta ton pada semester II/2018. Dengan kata lain, harus ada penambahan konsumsi per bulan sebesar 1,82% secara tahunan per bulan sebesar 6,7 juta ton. “Ini angka yang cukup besar.”