Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menkeu: 2018 Bukan Tahun yang Mudah

"Kita melihat dari sisi gejolak nilai tukar dan kenaikan suku bunga yang diikuti dengan capital outflow. Ini menyebabkan perubahan yang cukup besar dari APBN kita baik dari sisi penerimaan maupun belanja," kata Menkeu.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan pemaparan saat konferensi pers APBN KiTa (Kinerja dan Fakta) di Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (21/6/2019). Realisasi defisit APBN hingga Mei 2019 mencapai Rp127,45 triliun atau sekitar 0,79 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB)./ANTARA FOTO-Hafidz Mubarak A
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan pemaparan saat konferensi pers APBN KiTa (Kinerja dan Fakta) di Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (21/6/2019). Realisasi defisit APBN hingga Mei 2019 mencapai Rp127,45 triliun atau sekitar 0,79 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB)./ANTARA FOTO-Hafidz Mubarak A

Bisnis.com, JAKARTA - Pascapenyampaian pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 yang merupakan awal dari Rancangan Undang-Undang (RUU) Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (P2APBN) 2018, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan 2018 bukan tahun yang mudah.

"[Pada 2018] kita melihat dari sisi gejolak nilai tukar dan kenaikan suku bunga yang diikuti dengan capital outflow. Ini menyebabkan perubahan yang cukup besar dari APBN kita baik dari sisi penerimaan maupun belanja," kata Menkeu, Kamis (4/7/2019).
Meski demikian, dia mengatakan pelaksaan APBN 2018 cukup baik karena pertumbuhan perekonomian Indonesia pada 2018 bisa mencapai 5,17 persen, lebih tinggi dibandingkan capaian 2017 yang mencapai 5,07 persen.
Pertumbuhan hingga 5,17 persen tersebut juga merupakan yang tertinggi selama 4 tahun terakhir meski perekonomian dunia sedang diterpa oleh perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China.
"Respon kebijakan dan koordinasi yang solid antara pemerintah, Bank Indonesia (BI), serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mempu meminimalisasi dampak resiko global tersebut," ujarnya.
Pada 2018, pemerintah juga mampu merealisasikan pendapatan negara sebesar Rp1,943,7 triliun atau 102,6 persen dari yang ditargetkan dalam APBN 2018, sedangkan realisasi belanja negara mencapai Rp2.213,1 triliun atau 99,7 persen dari target APBN 2018.
Hal ini menyebabkan APBN 2018 bisa mencapai defisit yang lebih rendah dari yang ditargetkan yakni 1,81 persen dari produk domestik bruto (PDB), di bawah target defisit yaitu sebesar 2,19 persen dari PDB.
"Dengan defisit yang lebih rendah kita mampu menjaga confidence terhadap instrumen fiskal maupun dari sisi kemampuan kita untuk membiayainya," lanjutnya.
Dari sisi neraca, dia mengatakan bahwa tidak semua belanja pemerintah bisa menjadi ekuitas karena terdapat belanja modal yang dilakukan di daerah sehingga tidak tercatat di Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) 2018.
Berdasarkan LKPP 2018, ekuitas pada 2017 mencapai Rp1.540,78 triliun, sedangkan pada 2018 ekuitas menurun di angka Rp1.407,8 triliun.
"Neraca pemerintahan daerah belum kita konsolidasi dan banyak belanja itu di daerah maupun dihibahkan kepada daerah," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhamad Wildan
Editor : Tegar Arief

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper