Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI: Perang Dagang Diperkirakan Masih Berlanjut

Bank Indonesia melihat penyelesaian perang dagang masih berlanjut meskipun pertemuan Trump dan Xi Jinping akan berlangsung pada akhir minggu ini di sela-sela Osaka Summit G20 di Jepang.
Perang dagang AS China/istimewa
Perang dagang AS China/istimewa

Bisnis.com, JAKARTA--Bank Indonesia melihat penyelesaian perang dagang masih berlanjut meskipun pertemuan Trump dan Xi Jinping akan berlangsung pada akhir minggu ini di sela-sela Osaka Summit G20 di Jepang.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo menuturkan bank sentral masih melihat kemungkinan 50:50 bagi kedua pihak untuk menyelesaikan konflik  dagangnya dalam pertemuan minggu ini.

"Trade war ini masih prolonged tetapi, positifnya sudah muncul bahwa akan ada deal yang mengarah ke penyelesaian," kata Dody di gedung BI, Jumat (28/06/2019).

Jika terjadi kesepakatan di Osaka, BI yakin akan ada koreksi ke atas bagi pertumbuhan ekonomi dunia karena ini akan mendorong permintaan perdagangan dan harga komoditas membaik.

Beberapa negara, terutama emerging markets termasuk Indonesia yang terimbas dari sisi ekspor, akan sangat terbantu.

"Kalau ekspor terbantu akan mendorong domestik demand membaik, konsumsi dan investasi," tegas Dody.

Jika kesepakatan kembali buntu di Osaka, Dody memperkirakan semua mata uang negara berkembang akan terkena dampak tekanan, termasuk rupiah. Dalam konteks ini, BI tetap akan menjaga stabilitas nilai tukar dan BI berharap hasil yang positif.

Dody mengakui BI masih terus memantau data-data global yang belum menunjukkan peningkatan hingga saat ini.

Terkait dengan peluang penurunan suku bunga, BI akan mengukur semua risiko yang ada terhadap inflasi dan nilai tukar.

"Stance kami masih seperti press release RDG. Terbuka room, tapi risikonya harus kita jaga."

Dari sisi domestik, BI masih melihat adanya inflow yang kuat sehingga rupiah terus menunjukkan perbaikan. Hingga 27 Juni 2019, inflow ke pasar uang sebesar net bersih Rp154 triliun.

Adapun rinciannya, Rp90 triliun masuk ke SBN dan Rp60 triliun ke pasar saham, dan sisanya ke pasar obligasi swasta dan SBI.

"Positifnya artinya confidence investor untuk equity, saham, cukup besar karena investor memperhatikan earnings untuk korporasi," kata Dody.

Tentu saja, investor juga melihat proyeksi pertumbuhan ekonomi yang masih cukup baik pada tahun ini.

Dari pasar SBN, Dody menyakini investor masih melihat return dari surat utang Indonesia cukup menarik karena interest rate differential dengan negara berkembang lain masih cukup besar.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hadijah Alaydrus
Editor : Rahayuningsih
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper