Bisnis.com, JAKARTA - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mengaku sudah kehilangan potensi pendapatan lebih dari US$5 juta, sehubungan dengan pelarangan terbang (grounded) Boeing 737 MAX 8 yang dilakukan sejak 12 Maret 2019.
Direktur Teknik dan Layanan Garuda Indonesia Iwan Joeniarto mengatakan, hingga saat ini terhitung sudah hampir 2,5 bulan, 1 unit B737 MAX 8 tidak beroperasi. Pesawat tersebut kini dikandangkan di kompleks hanggar milik PT Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia Tbk.
"Sejak 1 unit B737 MAX 8 grounded, maka Garuda sudah kehilangan potensi untuk mendapatkan revenue sebesar US$5 juta lebih," kata Iwan kepada Bisnis, Senin (27/5/2019).
Dia menambahkan, kerugian tersebut masih bisa bertambah lagi apabila menghitung biaya sewa pesawat yang harus dibayarkan kepada perusahaan lessor. Akan tetapi, pembayaran leasing tersebut telah berhasil dihentikan sementara, karena maskapai dalam kondisi tidak mengoperasikan pesawat tersebut.
Pihaknya beserta lessor akan menghitung kembali biaya sewa terkait dengan keputusan grounded terhadap. Adapun, hingga saat ini, belum ada keputusan perhitungan pembayaran yang disepakati kedua pihak.
Iwan mengungkapkan, pembicaraan dengan pihak Boeing Co. sebenarnya sudah dijadwalkan pada pekan ini. Namun, pabrikan asal Amerika Serikat tersebut melakukan penjadwalan ulang yang mengakibatkan negosiasi kembali diundur.
"Mengenai perkembangan Boeing MAX 8 saat ini kami masih menunggu rencana pertemuan dengan pihak Boeing selanjutnya. Kami belum bisa sampaikan lebih lanjut, sabar dulu," ujar pria yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Utama GMF ini.
Apabila dihitung dengan menambahkan komponen biaya sewa, diperkirakan kerugian maskapai pelat merah tersebut bisa mencapai US$3 juta dalam sebulan. Perhitungan tersebut pernah disampaikan sebelumnya oleh Direktur Utama Garuda Indonesia IGN Askhara Danadiputra.
Emiten berkode GIAA tersebut juga telah mempertimbangkan pengajuan kompensasi karena banyak pihak terkait yang mengajukan hal yang sama. Nilai kerugian tersebut terdiri atas biaya sewa (leasing cost) dan potensi pendapatan (revenue).
Dalam pertemuan sebelumnya, perwakilan Boeing bukan dalam sikap bersedia atau menolak klaim kompensasi tersebut. Namun, Boeing akan mempertimbangkan.
Nantinya, pihak lessor pesawat terbuka kemungkinan untuk mengklaim kompensasi terhadap biaya sewa, yang seharusnya dibayarkan Garuda, kepada Boeing.
Kendati demikian, perseroan menjamin risiko kerugian tersebut tidak berdampak secara signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Maskapai sudah mempersiapkan 1 unit Boeing 737 NG sebagai pesawat pengganti.
Selain kompensasi, Garuda juga telah menyampaikan opsi pembatalan terhadap 49 unit B737 Max 8 yang akan dikirimkan secara bertahap hingga 2030. Boeing diminta untuk menukar pesanan tersebut dengan pesawat tipe lain dengan memasukkan nilai kontrak pembelian sebelumnya.
Alasan utama adalah Garuda sudah kehilangan kepercayaan terhadap pesawat B737 Max 8 usai kejadian dua kecelakaan beruntun dalam kurun waktu 6 bulan terakhir, yakni JT 610 milik Lion Air dan ET 302 milik Ethiopian Airlines.