Bisnis.com, JAKARTA - Selain pihak Boeing, pimpinan Garuda Indonesia juga terkesan menghindar untuk memberikan keterangan terkait hasil negosiasi pembatalan pengiriman pesawat Boeing 737-MAX.
Direktur Utama Garuda Indonesia Ari Askhara tidak mau berkomentar mengenai hasil pertemuan dengan petinggi The Boeing Company yang digelar di kawasan perkantoran Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Kamis (28/3/2019) pagi.
Setelah pertemuan, Ari Askhara segera memasuki mobil setelah menyapa beberapa jurnalis yang menunggu sejak pagi hari.
Namun, Ari tidak mau berkomentar dan menyatakan bahwa dia terburu-buru karena ada pertemuan lain.
Beberapa saat sebelumnya, petinggi Boeing yaitu Sales Director International Sales The Boeing Company, Samir Belyamani, juga menyatakan tidak mau berkomentar.
Namun, ujar Samir, pekerja media bisa mengajukan pertanyaan melalui email atau surat elektronik yang akan dibalas pihak kantor regional di Singapura.
Sebelumnya diwartakan pihak Maskapai Garuda Indonesia akan bertemu dengan petinggi perusahaan manufaktur pesawat asal Amerika Serikat Boeing pada pekan depan terkait pengajuan pembatalan pengiriman 49 unit pesawat Boeing 737 Max 8.
“Mereka [petinggi Boeing] akan datang ke Indonesia,” kata Direktur Utama Garuda Indonesia Ari Askhara kepada Antara di Jakarta, Jumat (22/3).
Ari mengatakan, pihaknya telah mengajukan pembatalan tersebut, dan kemungkinan juga mengusulkan penggantian dengan jenis pesawat lainnya.
“Kemungkinan [penukaran] itu ada, tapi saat ini belum mengajukan opsi ke Boeing, baru cancel saja,” kata Ari.
Dari total 50 unit pesawat Boeing 737 Max 8 yang dipesan Garuda, satu di antaranya sudah dioperasikan untuk penerbangan domestik.
Namun, Ari mengaku masih belum dibahas terkait satu unit Boeing 737 Max 8 yang sudah beroperasi tersebut. “Belum dibahas,” kata Ari.
Terkait biaya yang sudah dikeluarkan untuk pembelian pesawat tersebut, Ari mengatakan semua dibeli menggunakan skema pembiayaan (leasing). “Kami enggak ada capital expenditure tapi operational expenditure” kata Ari.
Ari mengatakan pembatalan tersebut karena hilangnya kepercayaan publik terhadap pesawat Boeing 737 Max 8 setelah mengalami dua kali kecelakaan, yakni Lion Air JT 610 dan Ethiophian Airlines ET 302.
Terlebih, sejumlah otoritas penerbangan Uni Eropa dan Federal Aviation Administration Amerika Serikat sudah melarang untuk sementara pengoperasian jenis pesawat tersebut.