Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ada Rp740,4 T Uang Berputar di Transportasi, Mana yang Tertinggi?

Supply Chain Indonesia memprediksi pertumbuhan sektor transportasi mencapai 11, 15% menjadi Rp 740,4 triliun.
Pesawat komersil berada di apron Bandara Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat, Selasa (5/9)./JIBI-Rachman
Pesawat komersil berada di apron Bandara Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat, Selasa (5/9)./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA – Supply Chain Indonesia (SCI) memprediksi pertumbuhan di sektor transportasi pada tahun ini mencapai 11, 15% menjadi Rp 740,4 triliun dibandingkan dengan realisasi pada tahun lalu.

Adapun, kontributor tertinggi masih dari angkutan darat sebesar Rp 380,8 triliun (51,43%) dan angkutan udara sebesar Rp 282,2 triliun (38,12%). Sementarai itu, Angkutan laut berkontribusi sebesar 6,50% angkutan darat (jalan), angkutan sungai, danau, dan penyeberangan sebesar 2,30% dan angkutan rel sebesar 1,66%.

 

Ketua SCI, Setijadi menuturkan bahwa walaupun angkutan darat berkontribusi tertinggi, tingkat pertumbuhan tertinggi pada 2019 diprediksi pada angkutan udara mencapai 17,37% dan angkutan rel sebanyak 17,11%.

 

“Pertumbuhan angkutan-angkutan lainnya diprediksi di bawah 10%, yaitu angkutan darat sebesar 7,55%, angkutan laut sebesar 6,65%, serta angkutan sungai, danau, dan penyeberangan sebesar 6,24%,” ungkapnya akhir pekan lalu.

 

Dia menilai, kontribusi setiap angkutan atau moda transportasi yang tidak berimbang tersebut menunjukkan ketidakseimbangan penggunaan moda-moda transportasi di Indonesia. Hal ini terangnya, berpotensi terhadap inefisiensi proses dan biaya transportasi dan logistik yang berdampak terhadap harga produk dan komoditas.

 

“Selain memengaruhi daya saing nasional, untuk beberapa wilayah tertentu, hal ini berdampak pada ketersediaan produk dan komoditas, serta disparitas harga antarwilayah,” katanya.

 

Pemerintah dan para pihak terkait ujar Setijadi, perlu mendorong peningkatan peranan moda-moda transportasi secara berimbang untuk mewujudkan sistem transportasi multimoda secara terintegrasi dengan transportasi laut sebagai tulang punggung.

Menurutnya, angkutan laut sebagai tulang punggung sesuai dengan karakteristik geografis Indonesia ini akan mendorong efisiensi sistem logistik nasional.

 

Menurutnya, pemerintah dan para pihak juga harus mencermati pertumbuhan sektor transportasi berdasarkan data PDB tersebut. Nilai sektor transportasi mencakup semua pengeluaran termasuk biaya, termasuk biaya-biaya yang tidak memberikan nilai tambah dalam jalur transportasi seperti karena kemacetan.

Faktor penyebab potensial lainnya adalah inefisiensi dalam proses penanganan barang di simpul-simpul transportasi seperti pelabuhan, bandara, dan terminal barang. 

 

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa kontribusi lapangan usaha transportasi dan pergudangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2018 sebesar Rp 797,3 triliun atau 5,37% dari PDB yang bernilai Rp 14.837,36 triliun.

 

Lapangan usaha tersebut menggambarkan sektor logistik yang mencakup subsektor transportasi per moda, yatu rel, darat, laut, udara, serta sungai, danau, dan penyeberangan. Sektor logistik juga mencakup pergudangan dan jasa penunjang angkutan, serta pos dan kurir.    


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper