Bisnis.com, JAKARTA -- Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memperkirakan kerugian ekonomi akibat masalah gizi mikro buruk dapat mencapai Rp300 triliun.
Kepala Bappenas/ Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Bambang P.S. Brodjonegoro menuturkan perhitungan ini didasarkan oleh perkiraan UNICEF bahwa kerugian ekonomi akibat kekurangan gizi mikro bisa mencapai 0,2%-2% dari PDB dari negara berkembang.
"PDB Indonesia sekitar Rp1.500 triliun. Dengan angka 2%, maka kerugian ekonomi akibat kekurangan zat gizi mikro dapat mencapai Rp300 triliun," ungkap Bambang, Senin (19/2/2019).
Padahal kerugian Rp300 triliun jika dikonversi ke dalam APBN dapat digunakan untuk anggaran pendidikan atau kesehatan. Kondisi ini mengambarkan kurangnya perhatian terhadap masalah kekurangan gizi mikro dapat berdampak pada ekonomi yang tidak produktif.
Sebagai catatan, kekurangan gizi mikro seperti gangguan akibat kekurangan zat besi, iodium, asam folat, zinc, dan vitamin A.
Menurutnya, Bappenas mendorong tiga solusi untuk masalah kekurangan gizi mikro a.l. suplementasi, perubahan perilaku makan dan fortifikasi pangan.
Suplementasi dapat dilakukan dengan pemberian tablet tambah darah, tablet vitamin A, atau suplemen zat gizi mikro lainnya. Perubahan perilaku makan masyarakat bisa didorong dengan sosialiasi masyarakat terkait dengan konsumsi sumber makanan yang beragam dan kaya kandungan gizi termasuk zat gizi mikro.
Adapun, untuk fortifikasi pangan, Bambang melihat hal ini harus ditangani serius. Fortifikasi pangan adalah pengayaan atau penambahan mikronutrien seperti vitamin dan unsur renik esensial lainnya kepada makanan. Beberapa fortifikasi yang sudah umum adalah penambahan zat yodium pada garam, vitamin A pada minyak goreng sawit dan zat besi pada tepung terigu.