Bisnis.com, JAKARTA—Selama 2018, industri manufaktur besar dan sedang berhasil mencatatkan pertumbuhan 4,07 persen dibandingkan 2017, tertolong oleh industri kulit dan alas kaki yang meningkat 18,78 persen, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), yang dirilis hari ini, Jumat (1/2/2019).
Sektor industri kulit mampu meredam industri manufaktur nasional dari keterpurukan ketika produksi sektor pabrikan komputer, elektronika dan optik turun 15,06 persen.
“Industri yang mengalami penurunan produksi terbesar adalah industri komputer, barang elektronik dan optik, turun 15,06 persen,” tulis laporan BPS bertajuk Pertumbuhan Produksi IBS Tahun 2018 Naik 4,07 Persen dibandingkan tahun 2017 tersebut.
BPS juga melaporkan selama Oktober-Desember 2018 atau kuartal IV/2018, pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan naik 3,90 dibandingkan kuartal IV/2017.
“Kenaikan tersebut terutama disebabkan naiknya produksi industri minuman, naik 23,44 persen. Sedangkan industri yang mengalami penurunan produksi terbesar adalah industri komputer, barang elektronik dan optik, turun 16,87 persen,” tulis laporan itu.
Sementara itu secara sekuensial dibandingkan kuartal III/2018, produksi industri manufaktur besar dan sedang tersebut naik 0,90 persen.
“Industri yang mengalami kenaikan produksi tertinggi adalah jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan, naik 13,29 persen. Sedangkan industri yang mengalami penurunan terbesar adalah industri makanan, turun 7,69 persen.”
Sementara itu, produksi sektor industri skala mikro-kecil selama kuartal IV/2018 tumbuh 5,38 persen dibandingkan kuartal IV/2017 dengan sektor percetakan dan reproduksi media rekaman tumbuh 22,08 persen, sehingga mampu meredam penurunan kinerja sektor industri mikro-kecil dari keterpurukan akibat anjloknya produksi industri pengolahan tembakau sebesar 19,97 persen.
Secara vertikal berdasarkan provinsi, pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang triwulan kuartal IV/2018 tertinggi adalah Provinsi Maluku, naik 19,05 persen dari kuatal IV/2017.
“Sedangkan provinsi yang mengalami penurunan pertumbuhan terbesar adalah Provinsi Sumatra Selatan, turun 32,48 persen.”