Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

TREN INVESTASI 5 TAHUN: Tambang Tetap Primadona PMA, PMDN Masih Intip Cuan Industri Makanan

Data investasi selama lima tahun menunjukan masih  banyak investor asing melakoni sektor pertambangan, melirik cuan besar sekaligus sensitif terhadap ketidakpastian. Sebaliknya, investor lokal lebih melirik untung di balik bisnis produk konsumsi, tetap melihat prospek cerah.
Presiden Joko Widodo (kanan) meninjau layanan konsultasi Online Single Submission (OSS) BKPM di PTSP BKPM Jakarta, Senin (14/1/2019)./ANTARA-Wahyu Putro
Presiden Joko Widodo (kanan) meninjau layanan konsultasi Online Single Submission (OSS) BKPM di PTSP BKPM Jakarta, Senin (14/1/2019)./ANTARA-Wahyu Putro

Bisnis.com, JAKARTA - Data investasi selama lima tahun menunjukan masih  banyak investor asing melakoni sektor pertambangan, melirik cuan besar sekaligus sensitif terhadap ketidakpastian. Sebaliknya, investor lokal lebih melirik untung di balik bisnis produk konsumsi, tetap melihat prospek cerah.

Selama lima tahun belakangan, investor asing masih kepincut sektor pertambangan. Meski setiap tahun gelontoran dolar ke bisnis tersebut berfluktuasi, namun sektor tersebut tetap paling besar menjaring dana asing.

Terhitung sejak 2014 hingga tahun lalu, sektor ini masih jadi primadona bagi investor asing, yang telah menggelontorkan US$18,84 miliar, atau setara  12,74% dari total investasi PMA sebesar US$148,17 miliar selama lima periode tahunan.

Dengan kata lain, tiap tahun rata-rata sektor pertambangan menyerap US$3,768 miliar dari pemodal asing. Sektor lain yang menggiurkan bagi penanaman modal asing yaitu industri logam  dasar, barang logam, mesin, dan elektronik.

Selaku penyedia barang bahan baku serta peralatan produksi, sektor ini merupakan tumpuan masa depan bagi penguatan industri nasional. Total  investasi asing  yang telah membanjiri sektor tersebut mencapai US$15,38 miliar selama 2014-2018.

Periode investasi paling besar terjadi pada 2017. Realisasi investasi asing untuk sektor logam dasar, barang logam, dan elektronik kala itu mencapai US$3,78 miliar.

Di sisi lain, PMDN dan PMA memperebutkan kontribusi paling besar pada sektor Listrik, Gas, dan Air. Sektor yang menyandang peran bagi hajat hidup publik itu, menyedot cukup besar aliran investasi baik modal asing ataupun lokal.

Selama lima tahun, investasi asing untuk sektor listrik, gas, dan air telah mencapai US$14,95 miliar, atau setara 10,09% dari total PMA selama lima tahun. Sedangkan deras modal PMDN yang membanjiri sektor itu mencapai Rp143,56 triliun sejak 2014 hingga 2018, sebanding 12,56% total investasi PMDN sebesar Rp1.142 triliun pada periode sama.

Selebihnya, PMDN masih asyik bermain di sektor konsumsi seperti industri makanan. Sepanjang lima tahun belakangan, industri makanan tetap jadi jempolan buat pemodal lokal, dengan torehan investasi mencapai Rp153,8 triliun, sepadan 13,46% dari total PMDN.

Sisanya, PMDN banyak diserap ke sektor logistik dan telekomunikasi. Sektor ini yang terdiri dari bisnis transportasi, pergudangan, dan telekomunikasi menjaring modal senilai Rp156,86 triliun selama lima tahun belakangan.

Dengan melihat kecenderungan PMA dan PMDN dalam lima tahun belakangan, tampak investor lokal kian optimistis. Sebaliknya, investor asing lebih bermain di bisnis konvensional seperti pertambangan yang sejak dulu menjanjikan cuan besar, namun rentan ketidastabilan.

Hal ini mendorong agresifitas PMDN selama lima tahun bealkangan. Sedangkan PMA, mapan dengan pilihan investasi di lahan yang lebih siap, sehingga pamor Indonesia yang terangkat oleh berbagai rating lembaga global, tetap kurang menjanjikan dibandingkan Vietnam.

“Investor asing melihat bahwa prosedur dan birokrasi memang ada pembenahan di pusat, namun masih banyak terkendala di perizinan daerah, karena itu investor asing gampang merelokasi ke negara lain, terutama Vietnam,” ungkap Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara kepada Bisnis.

Sebaliknya, investor lokal terpacu untuk menggelontorkan dana seiring dengan proyeksi pembangunan pemerintah. “Pembangunan infrastruktur memang telat selama satu dekade ini, namun belakangan itu dipacu, hal tersebut membuat pengusaha lokal optimistis,” tegas Bhima.

GESER DOMINASI ASING

Hingga tahun lalu,  wajah investasi di Indonesia bergeser. Pemerintah terus mendandani beragam kebijakan agar semua lapisan investor sudi merogoh kocek untuk pembangunan, yang justru mengubah dominasi investasi asing.

Kini, investasi lokal kian diandalkan. Pada tahun lalu, gabungan investasi yang berasal dari lokal (PMDN) dan asing (PMA) mencapai Rp721,3 triliun, tumbuh tipis 4,1% dibandingkan Rp692,8 triliun pada periode 2017.

Dari sisi porsi investasi, total PMDN mencapai Rp328,6 triliun, setara 45,6% dari seluruh nilai investasi 2018. Sisanya, sebesar Rp392,7 triliun atau 54,4% adalah modal asing yang telah dibenamkan sepanjang tahun lalu.

Sejak 2014, pertumbuhan PMDN rata-rata 20,75%. Selama lima periode tersebut, PMDN rata-rata memiliki kontribusi 37,06%, dengan catatan tertinggi terjadi pada tahun lalu.

Akan tetapi, Indonesia harus gigit jari dengan penurunan yang terjadi pada PMA. Sejak 2016, seolah investor asing mengerem gelontoran dolar ke  Tanah Air.

Jika pada 2015, total PMA yang dibenamkan mencapai Rp365,9 triliun, tumbuh 19,2% dibandingkan Rp307 triliun pada periode sebelumnya, setahun berikutnya pertumbuhan itu jeblok. Tingkat pertumbuhan PMA pada 2016, sebatas 8,4% dengan catatan realisasi mencapai Rp396,6 triliun.

Investor asing kembali kurang gairah pada 2017, dengan catatan pertumbuhan sebatas 8,5%. Terakhir pada tahun lalu, nilai investasi asing malah minus 8,8%, dengan total investasi sebear Rp392,7 triliun.

Bhima mengungkapkan pertumbuhan PMDN patut diapresiasi. Terutama, katanya, sejalan dengan kemauan perusahaan pelat merah menyukseskan beragam proyek pembangunan infrastruktur.

Namun demikian, penurunan PMA merupakan alarm bagi pertumbuhan ekonomi ke depan. Beberapa poin yang kerap dijadikan acuan investor asing yaitu tingkat upah buruh, tingkat produktivitas, serta kemudahan perizinan.

“Dalam hal ketiganya, perlahan Indonesia kehilangan keunggulan dengan negara lain. Terlebih untuk perizinan yang selalu saja menjadi pintu masuk korupsi bagi pejabat, terutama di daerah,” tegas Bhima.

Perosalan lawas tersebut harus segera diurai. Investor harus dibuat bergairah, agar perekonomian bisa membuat semua pihak tersenyum sumringah.

Berikut tabel rangkuman data investasi Indonesia dalam 5 tahun terakhir 

Realisasi20142015201620172018
PMA 307365,9396,6430,5392,7
PMDN156,1179,5216,2262,3328,6
Total463,1545,4612,8692,8721,3
%Pertumbuhan PMA13,519,28,48,5-8,8
%Pertumbuhan PMDN21,815,020,421,325,3
%Pertumbuhan Total16,217,812,413,14,1
%Porsi PMDN Terhadap Total 33,732,935,337,945,6
%Porsi PMA Terhadap Total66,367,164,762,154,4
PMDN (dalam Rp triliun)20142015201620172018Total Investasi %Terhadap Total Investasi
Listrik, Gas, dan Air36,321,922,725,437,26143,5612,56
Industri Makanan19,624,632,0238,539,08153,813,46
Transportasi, Gudang dan Telkom15,721,326,7634,458,7156,8613,73
Industri Kimia Dasar13,320,730,0513,713,391,057,97
Perumahan, Kawasan Industri, dan Perkantoran13,16,59,117,215,461,35,36
Industri Mineral Non Logam11,920,515,47,64,559,95,24
Total Investasi 156,1179,5216,2262,3328,61142,758,32
PMA (US$ miliar)20142015201620172018Total%Terhadap Total
Pertambangan4,742,744,373,0318,8412,72
Industri Makanan3,11,52,111,971,39,986,74
Transportasi, Gudang, dan Telkom33,32,31,893,0213,519,12
Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin, dan Elektronik2,53,13,83,782,215,3810,38
Industri Kimia Dasar, Barang Kimia, dan Farmasi2,31,92,882,571,9311,587,82
Listrik, Gas, dan Air1,232,134,244,3814,9510,09
Total Investasi PMA28,529,2728,932,229,3148,1756,85
Sumber: BKPM, diolah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Kahfi
Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper