Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah mendorong perluasan penggunaan karet sebagai campuran aspal pelapis jalan raya ke daerah.
Hal ini dilakukan untuk meningkatkan serapan karet dalam negeri dan mengerek harga karet yang saat ini berada dalam tren penurunan dan berada di level rendah. Berdasarkan data Bloomberg, harga karet kontrak Juni 2019 pada Senin (21/1/2019) berada di level 191 yen per kilogram.
Achmad Sigit Dwiwahjono, Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, mengatakan pemerintah telah mulai memanfaatkan penggunaan karet sebagai campuran aspal di jalan nasional dan akan diperluas ke daerah untuk jalan kabupaten/kota.
“Kami akan mendorong pemerintah daerah untuk menggunakan aspal karet karena ternyata jalan kabupaten 4 kali lipat panjangnya dari jalan nasional,” ujarnya seusai rapat koordinasi di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian di Jakarta, Senin (21/1/2019).
Sigit menyebutkan dengan panjang jalan kabupaten yang sekitar 380.000 kilometer di seluruh Indonesia, terdapat potensi penyerapan karet ratusan ribu ton. Namun, untuk pastinya, lanjut Sigit, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang lebih mengetahui porsi karet untuk campuran aspal jalan raya.
Dia menegaskan dari sisi industri, pihaknya juga akan mendorong kesiapan industri untuk mendukung perluasan penggunaan karet untuk campuran aspal. “Ada yang sudah siap industrinya, ada yang masih butuh penanganan khusus,” kata Sigit.
Adapun, dalam penggunaan karet sebagai campuran aspal, terdapat tiga teknik, yaitu teknologi aspal karet berbasis latek, aspal karet berbasis serbuk karet (SKAT), dan aspal karet berbasis masterbatch/ kompon padat.
Tahun ini diharapkan penggunaan karet untuk campuran aspal di daerah sudah bisa dimulai.
Terkait program penggunaan karet sebagai campuran aspal tersebut, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Moenardji Soedargo sebelumnya menyatakan pihaknya sangat menyambut baik karena berpotensi mengerek kembali harga karet.
Dia juga menyatakan asosiasi pernah mengusulkan program tersebut pertama kali pada 2015 kepada Menteri Perdagangan saat itu, Rachmat Gobel, dan dicanangkan baru-baru ini setelah melalui proses pendalaman dan riset oleh pemerintah.
"Ini bisa menggetarkan pasar internasional dan mengumumkan kepada dunia bahwa ada penggunaan karet baru yang belum pernah diperhitungkan untuk pembangunan infrastruktur. Kalau penggunaannya semakin besar, supply karet dunia sebagian akan terserap di sektor ini sehingga harga akan lebih baik," jelasnya.
Saat ini, negara produsen karet lain, seperti Thailand disebutkan telah menerapkan karet untuk campuran aspal dan diikuti oleh Malaysia.