Bisnis.com, JAKARTA — Penjualan produk furnitur di pasar domestik pada 2019 diproyeksi tumbuh 12% dari tahun lalu, sejalan dengan semakin banyaknya proyek perumahan dan gedung yang rampung tahun ini.
Sekretaris Jenderal Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Himki) Abdul Sobur menjelaskan, nilai pasar domestik industri furnitur tahun ini bisa menembus Rp15 triliun. Proyeksi ini naik dari capaian 2017 senilai Rp12 triliun.
“Kami mengikuti [sektor] properti yang juga tumbuh dua digit. Semakin banyak gedung, rumah, dan kantor, semakin besar pula penjualan yang dapat dicapai,” tuturnya, Kamis (17/1).
Menurutnya, permintaan furnitur dari pasar domestik tahun ini tidak akan terdistraksi oleh momentum tahun politik. Akan tetapi, dia menyayangkan produk-produk furnitur impor masih lebih mendominasi pasar domestik ketimbang produksi lokal.
“Kalau kita lihat tahun lalu, defisit [perdagangan industri furnitur] besar sekali. Itu artinya, konsumsi barang impor kita juga besar. Ini yang saya takutkan; pasarnya tumbuh, sedangkan produk dalam negerinya tidak.”
Dari kaca mata pengusaha, CEO Olympic Group Au Bintoro mengaku optimistis penjualan perseroan dapat tumbuh 35% tahun ini. Pasalnya, perusahaan mengambil peluang untuk mengisi permintaan pasangan muda baru kelas menengah bawah yang membutuhkan furnitur terjangkau.
Adapun, sebutnya, produk furnitur yang lebih banyak dipasarkan pada tahun ini lebih difokuskan pada yang berbahan plastik. Hal itu disebabkan karena musim hujan yang diprediksi cukup panjang tahun ini membuat banyak orang membutuhkan perabotan rumah yang lebih tahan air.
“Sofa plastik, lemari plastik, semua dari plastik. Itu semua karena hujan terus, masyarakat butuh furnitur yang tahan terhadap air,” ujarnya.
Untuk menghadapi persaingan pada tahun ini, Olympic berencana memperluas jaringan pemasarannya ke platform daring dengan menggandeng perusahaan perdagangan elektronik.
“Sebab, pelaku dagang-el cukup cepat melakukan penetrasi pasar ke konsumen kelas menengah bawah.”
Sekadar catatan, capaian omzet Olympic pada 2018 mencapai lebih dari Rp1 triliun. Sebanyak 70% di antaranya dicetak dari penjualan di dalam negeri, sedangkan sisanya untuk ekspor.