Bisnis.com, JAKARTA - PT Garam mencatat sisa stok di gudang milik mereka mencapai lebih dari 350.000 ton, dan harus segera diserap.
Direktur Utama PT Garam (Persero) Budi Sasongko mengatakan pada 2018, perusahaan yang dipimpinnya tersebut berhasil memproduksi 495.000 ton garam yang terdiri atas 370.000 ton garam produksi sendiri dan 125.000 ton dari serapan garam rakyat.
“Betul, PT Garam mempunyai kurang lebih 350.000 ton [sisa stok] garam,” ujar Budi saat dihubungi Bisnis, Kamis (10/1).
Budi menyampaikan stok garam tersebut akan berkurang sesuai dengan permintaan pasar. “Tahun 2019 ini [merupakan] tahun peak season [untuk produksi garam], berarti sekarang tantangan kita adalah [potensi] stok garam dalam jumlah besar, karena dikhawatirkan bisa membuat harga jatuh,” ujarnya.
Hal itu menurut Budi dapat diatasi apabila tahun ini pemerintah tidak mengimpor garam. Apabila impor dilakukan, pasokan garam akan semakin menumpuk sehingga menyebabkan harga garam di pasaran anjlok.
Sebelumnya, kalangan petambak meminta pemerintah memberikan solusi pasar atas sisa produksi garam dalam negeri tahun lalu sekitar 1 juta ton yang hingga kini masih tersimpan di gudang milik petambak dan PT Garam, demi menghindari kerugian hingga triliunan rupiah.
Dalam surat tertanggal 2 Januari 2019, Himpunan Masyarakat Produsen Garam (HMPG) Indonesia menyurati Presiden Joko Widodo terkait dengan jumlah stok garam lokal/rakyat yang masih menumpuk sekitar 1,2 juta ton dengan perkiraan nilai Rp2 triliun per 15 Desember 2018.