Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perindustrian sedang menyiapkan alat-alat pengolahan untuk memanfaatkan karet sebagai bahan baku aspal.
Achmad Sigit Dwiwahjono , Plt. Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Kementerian Perindustrian, mengatakan rapat koordinasi karet di Kemenko Perekonomian belum mencapai babak akhir karena masih rapat tahap kedua. Dia menyiratkan masih akan ada rapat tambahan di lain kesempatan.
"[Namun kami dari Kemenperin] kebagian untuk menyiapkan peralatannya [dalam memanfaatkan karet sebagai bahan baku aspal]. Alat itu untuk mengolah dari karet menjadi siap digunakan dan dicampurkan dengan aspal. Sehingga karet bisa digunakan untuk aspal," katanya usai rapat, Senin (7/1).
Sigit mengatakan alat-alat pengolahan akan disiapkan dari dalam negeri karena itu bukan sesuatu yang sulit. Menurutnya akan ada tiga alternatif yang bisa digunakan sebagai bahan baku aspal yakni latex, masterbatch dan skat.
Menurutnya, bukan hal yang mustahil bila di kemudian hari pembangunan jalan ton menggunakan karet dengan ketiga alternatif tersebut. "Ini kan kita sudah lakukan gelar pilot project di beberapa daerah dan terbukti secara kualitas bisa diterima," katanya.
Sigit mengatakan realisasinya mungkin saja dalam tempo sesingkat-singkatnya, namun dia tidak bisa memerinci tenggat pastinya. Atau, paling lambat semester pertama sudah ada realisasinya. "Secepatnya akan kami terapkan karena Presiden sudah berjanji untuk mengangkat harga karet," katanya.
Pada tahap pertama untuk produksi karet aspal akan dikonsentrasikan di daerah-daerah sentra produksi seperti Sumatera selyatan, Jambi, Sumatera Utara, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat.
Menurutnya berdasarkan perhitungan dari Kemenperin penggunaan karet bisa mensubtitusi 7%-8% dalam pembangunan aspal. Dia berharap dengan penggunaan karet sebagai aspal tentu saja meningkatkan harga karet di pasaran.
"[Peningkatan harga karet] sedang dihitung sama teman-teman mekanismenya. [Harga beli] juga sedang dihitung. Kalau harga sama dengan sekarang kan tidak guna dong programnya," katanya.
Sigit mengatakan dari total produksi yang mencapai 3 juta ton/tahun. Industri dalam negeri hanya bisa menyerap sekitar 600.000 ton. Adapun pemanfaatan karet selama ini dipakai untuk pembuatan, peralatan industri dan selang karet.
Sementara itu, Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiadi mengatakan penggunaan karet sebagai aspal sementara ini difokuskan pada jalan negara antar-provinsi. Nanti, lanjutnya, pemerintah daerah juga akan ditunjuk sebagai penanggung jawab untuk pengawasan dan pengamanan jalan provinsi dan jalan kabupaten.
"Tadi [hasil rapat] untuk sementara jalan negara yang akan menggunakan aspal campuran karet itu di Sumatera Selatan, lampung, jambi dan Sumatra Utara," katanya.
Menurutnya, program ini akan diperuntukkan bagi penambalan jalan rusak belum ada kesepakatan untuk jalan baru.
Berdasarkan hasil rapat koordinasi, volume aspal karet diperkirakan bisa mencapai 93,66 ton. Dari jumlah itu, volume karet yang dimanfaatkan sebanyak 2.542 ton.
Budi mengatakan semoga dengan program ini harga karet bisa terkerek naik terutama di sentra-sentra produksi.
"[Program ini] akan angkat harga karet jadi akan naik terutama di beberapa sentra karet di Indonesia seperti sumatera selatan, jambi, medan dan kalimantan karena sekarang harga karet agak turun. Nah kita harapkan ada terbentuk satu harga untuk masyakarat," katanya.
Budi mengatakan sejauh ini karet untuk campuran aspal masih dalam penggarapan proses bisnis. Jadi dia belum bisa menjanjikan realisasinya, apalagi masih rapat koordinasi kedua perihal karet tersebut.
"[Pemerintah] sudah menyiapkan anggaran menyerap karet cuma sedang disusun proses bisnis seperti apa nanti masuk ke gudang nanti pembeliannya seperti apa. Karena, karetnya tidak digunakan hari ini saja," pungkasnya.