Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KTT G20: Ganti NAFTA, AS-Meksiko-Kanada Akhirnya Teken Pakta Dagang USMCA

Presiden AS Donald Trump, Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto, dan Perdana Menteri (PM) Kanada Justin Trudeau meneken pakta dagang terbaru, yaitu United States, Mexico, and Canada Agreement (USMCA).
(Dari kiri) Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto, Presiden AS Donald Trump, dan Perdana Menteri (PM) Kanada Justin Trudeau menandatangani US, Mexico, Canada Agreement (USMCA) sebelum menghadiri Leaders Summit G20 di Buenos Aires, Argentina, Jumat (30/11)./Reuters-Andres Stapff
(Dari kiri) Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto, Presiden AS Donald Trump, dan Perdana Menteri (PM) Kanada Justin Trudeau menandatangani US, Mexico, Canada Agreement (USMCA) sebelum menghadiri Leaders Summit G20 di Buenos Aires, Argentina, Jumat (30/11)./Reuters-Andres Stapff

Bisnis.com, BUENOS AIRES -- Presiden AS Donald Trump, Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto, dan Perdana Menteri (PM) Kanada Justin Trudeau meneken pakta dagang terbaru, yaitu United States, Mexico, and Canada Agreement (USMCA).
 
Penandatanganan dilakukan tiga kepala negara tersebut di Buenos Aires, Argentina, Jumat (30/11/2018), beberapa jam menjelang perhelatan Leader's Meeting G20 Summit. 
 
Berdasarkan pantauan Bisnis di lokasi, penandatanganan USMCA tidak dibuka untuk semua jurnalis yang meliput perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20. Namun, Trump menayangkan prosesi tersebut secara langsung melalui akun Twitter resminya. 
 
Dalam pidatonya, dia mengatakan USMCA sangat penting bagi ketiga negara itu. 
 
"Baru saja menandatangani perjanjian dagang paling penting, dan paling besar, dalam sejarah AS dan dunia. AS, Meksiko, dan Kanada bekerja sama dengan baik dalam menyusun dokumen hebat ini. NAFTA yang buruk akan segera berakhir. USMCA akan sangat fantastis untuk semua!" papar Trump dalam akun Twitter resminya, Jumat (30/11) waktu setempat.
 
Dia menuturkan USMCA akan menjadi pakta dagang terbesar dalam sejarah. Pasalnya, ketiga negara merupakan anggota G20 yang memberi kontribusi produk domestik bruto cukup besar bagi perekonomian dunia.

Seperti diketahui, hubungan dagang antara negara-negara G20 menyumbang 75% dari total perdagangan internasional. 
 
Lebih lanjut, Trump mengungkapkan tujuan diberlakukannya USMCA tak lain untuk meningkatkan gaji para pekerja di sektor manufaktur serta mempromosikan lebih banyak ekspor barang-barang AS di berbagai sektor. 
 
"Kami ingin mendorong ekspor produk AS, termasuk di sektor pertanian, manufaktur, dan industri jasa," terangnya. 
 
Salah satu klausul dalam USMCA adalah AS dapat mengunci akses perdagangan ke Kanada dan Meksiko, contohnya di bidang agrikultur atau pertanian. Hal tersebut diyakini akan membawa angin segar bagi pelaku usaha pertanian di Negeri Paman Sam, salah satunya lewat penggunaan dan pengembangan bioteknologi pertanian. 
 
Selain itu, perjanjian USMCA juga fokus pada perubahan kompetisi agar lebih adil dan menunjang pendapatan tinggi bagi para pekerja, khususnya di sektor manufaktur. USMCA mensyaratkanya setidaknya 75% pembuatan produk otomotif wajib dilakukan di Amerika Utara. 
 
"Sekitar 40%-45% harus dibuat di Amerika Utara dengan standar gaji buruh yang tinggi. Ini akan menyetop pembuatan kendaraan bermotor di luar negeri dan membawa kembali perusahaan agar mau berinvestasi di AS," ucap Trump. 
 
NAFTA merupakan perjanjian dagang antara negara-negara Amerika Utara, yang pertama kali diterapkan pada 1994. Kesepakatan dagang itu menyatakan bahwa NAFTA bertugas mengoordinasikan kegiatan ekonomi, termasuk hubungan niaga, komunikasi, kebudayaan, kewarganegaraan, paspor dan visa, kegiatan sosial, dan kesehatan. 
 
Banyak pihak menilai alasan Trump mengubah NAFTA menjadi USMCA adalah untuk menggantikan perjanjian dagang dengan China. Seperti diketahui, tensi AS-China memanas setelah Trump mengibarkan bendera "perang dagang" dengan Negeri Panda.

Sejak Trump mengumumkan kebijakan kenaikan tarif impor untuk produk aluminium dan baja, AS dan China sudah terlibat dalam aksi saling balas tarif impor. Teranyar, dia mengancam akan kembali mengerek tarif impor untuk barang-barang China senilai US$200 miliar dari 10% menjadi 25%.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper