Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wakil Perdana Menteri China: Tidak Ada Pemenang Perang Dagang

Wakil Perdana Menteri China Liu He mengatakan tidak ada negara yang akan muncul sebagai pemenang dalam perang dagang.
Perang dagang AS China/istimewa
Perang dagang AS China/istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Wakil Perdana Menteri China Liu He mengatakan tidak ada negara yang akan muncul sebagai pemenang dalam perang dagang.

Dilansir dari Reuters, hal tersebut disampaikan Lie dalam konferensi ekonomi di Hamburg, Jerman pada Selasa (27/11/2018). Menurut Liu, tidak akan ada pemenang, baik yang menggunakan pendekatan proteksionis maupun unilateral.

Kedua pendekatan tersebut dinilai Liu tidak menawarkan solusi untuk masalah perdagangan. Alih-alih hal tersebut membawa ketidakpastian ekonomi kepada dunia.

"Sejarah perkembangan ekonomi berkali-kali membuktikan bahwa menaikkan tarif hanya akan membawa kepada resesi ekonomi dan tidak ada seorang pun yang akan menjadi pemenang dari perang dagang," ujar Liu.

Dia menambahkan bahwa pendekatan yang dilakukan China adalah mencari solusi yang dinegosiasikan untuk masalah-masalah yang China miliki atas dasar kesetaraan dan penghargaan kepada sesama.

Hal tersebut disampaikan untuk merespons langkah Amerika Serikat yang memberlakukan bea tambahan antara 10% dan 25% terhadap produk-produk China senilai US$250 miliar pada tahun ini. Bea tersebut dikenakan sebagai hukuman kepada China yang dinilai melakukan praktik dagang yang tidak adil.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump diketahui akan mengadakan pembicaraan perdagangan dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela pertemuan G20 di Buenos Aires, Argentina, pekan ini.

Dalam wawancara dengan Wall Street Journal, Trump berkata sangat tidak mungkin dirinya menerima permintaan China untuk menunda kenaikan tarif yang akan berlaku pada 1 Januari 2019.

Banyak ekonom yang memperkirakan dampak perang dagang antara Amerika Serikat dan China akan dirasakan tahun depan. Ekspor China sendiri sejauh ini dinilai mampu bertahan, tetapi tahun depan dinilai akan muncul kekhawatiran terhadap ekonomi domestik di negeri tirai bambu tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper