Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IISIA: Sektor Hulu Migas Agar Prioritaskan Produk Baja Nasional

Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (IISIA) berharap pelaku bisnis di sektor hulu minyak dan gas memprioritaskan penggunaan produk baja nasional
Hulu Migas/ilustrasi
Hulu Migas/ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (IISIA) berharap pelaku bisnis di sektor hulu minyak dan gas memprioritaskan penggunaan produk baja nasional.

Ketua Umum Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (IISIA), Silmi Karim mengatakan perlu ada komitmen bersama kepada seluruh pelaku hulu migas nasional untuk menyerap produk nasional, sehingga berdampak pada produksi besi dan baja nasional.

Harapan untuk memprioritaskan penggunakan produk baja nasional dalam bisnis hulu migas pun menguat pascapenandatanganan Nota Kesepahaman antara SKK Migas dan IISIA. Dalam MoU tersebut, disepakati adalah mekanisme penetapan harga wajar produksi dalam negeri serta adanya technical assistance dari IISIA kepada SKK Migas.

Sebenarnya, SKK Migas telah memiliki pedoman pengadaan produk dalam negeri di industri hulu migas, seperti melalui Petunjuk Pelaksanaan Tender PTK 007 No. Nomor: EDR-0167/SKKMH0000/2017/S7. Sayangnya, pemodan ini masih memenuhi kendala di tahapan implementasi, khususnya untuk produk pipa penyalur migas dan produk besi atau baja lainnya.

“Kami sangat mengaresiasi SKK Migas yang telah mendorng penggunaan TKDN. IISIA juga terus berupaya untuk menigkatkan kemmapuan indutsri baja besi naisonal,” tuturnya, Jumat (9/11/2018).

Saat ini, menurut data IISIA, kapasitas terpasang industri baja nasional sebesar 4 juta ton atau 45% dari total kapasitas produksi. Menurutnya, kondisi terjadi karena penggunaan baja impor lebih besar dibandingkan dengan baja lokal.

“Kami mempunyai pengalaman panjang di sektor baja, jadi bisalah [memenuhi kebutuhan industri],” tutur Silmi yang juga Direktur PT Krakatau Steel Tbk.

Sementara itu, Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengatakan, kebijakan pemerintah untuk meningkatkan penggunaan baja dan pipa produksi dalam negeri menjadi keniscayaan. Di sisi lain, SKK Migas juga telah berupaya menekan cost recovery, sehingga diharapkan kesepakatan dengan IISIA mendukung upaya tersebut.

“Ini kan menyangkut kualitas baja dan pipanya. Kemudian didiskusikan mengenai delivery kemudian dipelajari kapasitas produksi masing-masing pabrik,” katanya.

Menurutnya, jika kontraktor membeli baja dengan harga tinggi memang ada risiko cost recovery naik, sementara kalau terlalu rendah maka pabrik baja yang tertekan. Maka dari itu, perlu ada pembicaraan faktor apa saja yang menentukan harga baja untuk hulu migas.

“Paling berpengaruh harga baja internasional berapa nanti harus dimonitor, kalau baja internasional tinggi, dan dalam negeri rendah enggak fair juga. Kalau bahan baja rendah, kalau dalam tinggi enggak fair juga,” tambahnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper