Bisnis.com, JAKARTA — Perang dagang antara Amerika Serikat-China menyebabkan kondisi ekonomi global semakin tidak pasti, terutama di wilayah Asia. Namun, menurut Wakil Presiden Jusuf Kalla yang penting adalah bagaimana memanfaatkan ketidakpastian itu menjadi hal yang positif.
Peryataan tersebut disampaikan Jusuf Kalla ketika menerima Global Head of Wholesale Banking, ING Amsterdam, Isabel Fernadez, di Kantor Wakil Presiden RI.
Seperti dikutip dari keterangan resmi Sekretariat Wakil Presiden RI, Wapres Kalla menjelaskan bahwa AS memberlakukan pengenaan tarif impor 25% untuk produk China, seperti bahan-bahan garmen, sepatu olahraga, dan mesin-mesin industri kecil.
Peluang ini bisa dimanfaatkan Indonesia atau negara Asia Tenggara lainnya seperti Thailand, atau Vietnam dalam memenuhi kebutuhan produk impor negeri Paman Sam. Hal positif lainnya, lanjut Kalla, harga minyak juga mengalami kenaikan dibandingkan dengan dua tahun lalu.
“Jadi, nilai ekspor kelapa sawit kita, pelan-pelan terus beranjak naik,” katanya, Kamis (11/10/2018).
Sementara itu, dalam kesempatan tersebut Fernandez menyampaikan, Indonesia termasuk salah satu negara yang mengalami kestabilan ekonomi dalam 10 tahun terakhir. Hal ini membuat ING ingin terus berinvestasi di Nusantara.
Hal itu pun ditimpali JK. Menurutnya, kestabilan tersebut disebabkan Indonesia merupakan negara yang demokratis dan menjunjung perdamaian meskipun berbeda pilihan. Dalam penyelenggaraan pemilu misalnya, Indonesia berhasil menciptakan suasana yang damai, tanpa konflik yang berujung korban jiwa.
Disamping itu, pemerintah Indonesia telah melakukan reformasi birokrasi dalam meningkatkan pelayanan publik.
“Dalam tiga tahun kita lakukan reformasi dengan sistem online. Untuk imigrasi, pengajuan working permit kini juga jauh lebih mudah,” ujar JK menerangkan.
Terkait dengan investasi JK menyarankan, bentuk investasi di Indonesia sebaiknya dilakukan dalam skema jangka panjang. Misalnya dalam bentuk investasi infratruktur.
“Karena infrastruktur adalah program tanpa akhir (unending program). Infrastruktur selalu dibutuhkan, baik negara miskin, berkembang, atau negara maju sekalipun. Hal ini disebabkan populasi terus bertambah dan gaya hidup juga terus mengalami perubahan. Investasi infrastruktur tidak harus semua dengan pemerintah, tapi juga dengan sektor swasta,” ucap JK menjelaskan.
Fernandez menilai, Indonesia memiliki hubungan yang kuat dengan Jepang, terutama dalam hal investasi. Dia pun menanyakan kepada JK faktor apa yang membuat suatu negara bisa mempunyai investasi yang kuat di negara ini.
“Jepang terus bertahan meskipun Indonesia mengalami krisis pada tahun 1998,” kata JK mengungkapkan.