Bisnis.com, JAKARTA — PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) menginginkan harga gas dari fasilitas regasifikasi dan penyimpanan gas alam cair di Tanjung Benoa, Bali dapat diturunkan.
Pasokan dari fasilitas regasifikasi gas alam cair (liquefied natural gas/LNG)
tersebut digunakan untuk memenuhi bahan bakar pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) unit Pesanggaran.
Kepala Divisi Pengadaan Bahan Bakar Minyak dan Gas PLN Chairani Rachmatullah mengatakan, harga gas dari fasilitas regasifikasi LNG Benoa dianggap masih terlalu mahal bagi PLN.
Harga gas ketika sampai di pembangkit atau plant gate masih di atas ketentuan aturan yang ditetapkan pemerintah, yaitu 14,5% dari harga minyak mentah Indonesia (Indonesia crude price/ICP).
“Ya masih mahal menurut PLN. Kami inginnya 14,5% ICP di lokasi pembangkit listrik,” ujar Chairani ketika dihubungi Bisnis, belum lama ini.
Menurutnya, PLN telah melapor kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral terkait dengan harga gas dari fasilitas regasifikasi Benoa.
Dia berharap agar pemerintah dapat segera mencarikan solusi sehingga harga gas di Tanjung Benoa dapat ditekan.
Berdasarkan Permen ESDM No. 45/2017 tentang Pemanfaatan Gas Bumi untuk Pembangkit Tenaga Listrik, pembelian gas bumi melalui pipa di lokasi pembangkit listrik ditetapkan maksimal atau paling tinggi 14,5% dari ICP. Dengan perhitungan tersebut dan mengacu harga ICP Agustus 2018 sebesar US$70,68 per barel, harga gas di lokasi pembangkit listrik berkisar US$10,24 per MMBtu.