Bisnis.com, JAKARTA -- Peternak mengeluhkan kuatnya bargaining power yang dimiliki pelaku usaha dalam menyerap susu dalam negeri, sehingga membuat harga ditingkat petani rendah dan tidak dapat menutupi ongkos produksi.
Ketua Umum Asosiasi Peternak Sapi Perah Indonesia (APSPI) Agus Warsito mengatakan, peternak dalam negeri memiliki daya saing yang rendah ketika berhadapan dengan susu impor.
Kondisi tersebut membuat industri hanya menginginkan susu dengan harga yang terjangkau, tanpa memperhitungkan ongkos produksi peternak dalam negeri.
"Harga di pasar saat ini ditentukan berdasarkan keinginan Industri, peternak tidak memiliki daya tawar," katanya, Minggu (5/8/2018).
Agus menjelaskan, harga jual tingkat peternak saat ini berkisar Rp4.500 -- Rp5.000 per kg. Namun, harga jual tersebut hanya dapat menutup biaya konsentrat pakan sapi.
Sementara, untuk dapat menjaga produksinya, peternak mempunyai biaya-biaya lain, seperti biaya pengobatan, inseminasi buatan, tenaga kerja, perawatan kandang, dan biaya kredit, jika mengambil pinjaman dari bank. "Kalau jualnya harga segitu, peternak tidak akan bisa bertahan."
Dia mengtakan, pelaku industri cenderung kurang peduli terhadap kondisi peternak, dan lebih mendahulukan impor demi menjaga daya saingnya sendiri.
Ketika mengahadapi ongkos produksi yang meningkat dikarenakan pelemahan nilai tukar rupiah, barulah pelaku industri berbondong-bondong beralih ke susu dalam negeri. "Sekarang susu peternak jadi rebutan, tapi apa yang terjadi, susunya sudah habis," tuturnya.
Asosiasi mendesak, pemerintah segera mentapkan harga yang dapat membatu peternak untuk dapat lebih kompetitif, karena tanpa bantuan, peternak yang kecewa saat ini bisa kapan saja beralih ke profesi yang lain, yang menyebabkan produksi susu makin menurun, dan ketergantungan impor semakin tinggi.
"Dulu kita masih enak bisa aturan untuk menyerap 20% susu peternak, sekarang itu malah dicabut," katanya.
Meski diakui cenderung mahal, dia mengatakan, harga jual tingkat peternak saat ini seharusnya bisa mencapai Rp6.500 -- Rp7.000 per liter. "[Namun] Kalau peternak sudah bisa sejahtera, barulah masalah daya saing bisa dipikirkan, saat ini butuh keberpihakan [dari pemerintah]," tegasnya.