Bisnis.com, PALEMBANG -- Semua pejabat di atas panggung itu tampak semringah. Dengan antusias mereka menekan tombol peresmian groundbreaking proyek NPK Fusion II milik PT Pupuk Sriwidjaja atau Pusri Palembang.
Menteri BUMN Rini Soemarno dan Direktur Utama PT Pusri Palembang Mulyono Prawiro tampak paling bersemangat. Bukan tanpa alasan, pasalnya seremonial itu adalah awal mula peningkatan kapasitas pabrik NPK untuk mendukung ketahanan pangan nasional.
Groundbreaking proyek NPK Fusion II Pusri tersebut merupakan tonggak awal upaya meningkatkan industri pupuk nasional di mana PT Pupuk Indonesia (Persero), induk PT Pusri Palembang, mencanangkan produksi NPK sebanyak 2,4 juta ton.
“Kami awali pencanangan proyek NPK 2,4 juta ton dari Pusri yang akan membangun NPK Fusion II berkapasitas 200.000 ton per tahun,” ujar Direktur Utama Pupuk Indonesia Aas Asikin Idat, saat peresmian di Palembang, beberapa waktu lalu.
Pembangunan pabrik NPK dinilai langkah tepat untuk meningkatkan ketahanan pangan sekaligus membuat pabrik pupuk nasional lebih berdaya saing. Apalagi, selama ini produksi NPK nasional belum mencukupi kebutuhan domestik, sehingga potensi pasar dalam negeri masih terbuka lebar.
Menteri BUMN Rini Soemarno (ketiga dari kiri) dan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto (kelima dari kiri) meninjau pabrik Pusri IIB./Bisnis
Berdasarkan catatan perusahaan, saat ini masih terdapat kekurangan pasokan NPK domestik sekitar 3,9 juta ton. Padahal, total kebutuhan nasional menyentuh 11,1 juta ton.
Direktur Utama PT Pusri Palembang Mulyono Prawiro mengatakan dengan hadirnya pabrik baru maka produksi NPK perusahaan akan mencapai 300.000 ton per tahun, sehingga diharapkan bisa memperkuat pasokan untuk sektor pangan, perkebunan dan hortikultura.
Sebelumnya, perusahaan telah memiliki pabrik NPK Fusion berkapasitas 100.000 per tahun. Adapun produksi Pusri selama 2017 adalah sebanyak 89.520 ton pupuk NPK.
“Kami melihat perlu ekspansi ke depan karena kebutuhan konsumen di Sumatra Selatan (Sumsel) cukup tinggi, di sini banyak perkebunan karet, sawit, dan kopi di mana pemupukannya belum baik, di samping untuk memenuhi kebutuhan pertanian pangan,” paparnya.
Mulyono menambahkan pembangunan pabrik bertekonologi steam fused granulation itu diyakini dapat menunjang program ketahanan pangan karena penggunaan pupuk NPK diklaim terbukti meningkatkan produktivitas pertanian.
“Yang terpenting dapat berdampak positif terhadap kesejahteraan petani karena hasil panennya meningkat,” tuturnya.
Salah satu pabrik PT Pupuk Sriwidjaja./Istimewa
Saat ini, Pusri menyalurkan pupuk NPK bersubsidi atau public service obligation (PSO) dan pupuk NPK komersil.
Hingga 27 Mei 2018, realisasi penyaluran pupuk NPK mencapai 39.290,08 ton. Jumlah itu terdiri dari PSO sebanyak 38.273,65 ton dan komersil sebesar 1.016,43 ton.
Menteri BUMN Rini Soemarno menyatakan NPK makin dibutuhkan untuk petani dan industri pangan karena dinilai terbukti mampu meningkatkan produktivitas lahan pertanian.
“Kalau bicara padi, penggunaan pupuk ini bisa meningkatkan bulir-bulir padinya, kalau buah ya buahnya jadi banyak. Oleh karena itu, kami mendorong BUMN pupuk untuk menambah produksi NPK,” paparnya.
Apa yang disampaikan Rini diamini Wawan, petani di Desa Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Sumsel. Bagi petani asal Jawa Timur itu, keberadaan pupuk nitrogen, fosfor, dan kalium atau NPK sangat penting untuk ladang mata pencariannya.
“Justru kalau tidak ada NPK ya tidak tanam. Padi kalau tidak dicampur NPK seperti enggak ada tulangnya, enggak berat dan kuat,” terangnya kepada Bisnis.
Wawan mencontohkan jika padi yang ditanam tanpa menggunakan NPK beratnya hanya mencapai 50 kilogram (kg) saat panen, maka dengan campuran NPK bisa mencapai 65 kg. Dia mengklaim pupuk NPK milik Pusri lebih mudah didapat dan harganya lebih murah ketimbang pupuk merek lain.
“Pemakaiannya bergantung pada jenis tanah, rata-rata 150 kg-200 kg per hektare (ha). Apalagi, saat usia padi 40 hari biasanya saya perbanyak NPK biar padinya gemuk,” jelasnya.
Oleh karena itu, Wawan berharap penyaluran pupuk NPK senantiasa lancar sehingga bisa mendukung produktivitas sawah petani. Apalagi, petani di desanya juga banyak yang menanam jagung dengan kebutuhan pupuk NPK lebih besar ketimbang padi.
Petani menanam bibit padi pada musim tanam di Kabupaten Ogan Ilir (OI), Sumatra Selatan./Antara
Libatkan Mantri Tani
Upaya Pusri untuk meningkatkan produksi pertanian dan perkebunan yang tepat tidak terbatas menyalurkan pupuk, melainkan terjun langsung melayani petani dengan membentuk mantri tani.
Joko Santoso, tenaga Pemasaran Pusri Kabupaten (PPK) yang juga menjadi Mantri Tani, menuturkan pihaknya menyambangi petani untuk memberikan edukasi, konsultasi sekaligus mengenalkan produk Pusri.
“Pengetahuan petani terkait pemupukan yang baik belum merata, ada petani yang masih berpikir sederhana, tidak dipupuk juga toh padinya hidup. Padahal, kalau pemupukannya benar bisa meningkatkan produksi,” ucapnya.
Menurut Joko, kebutuhan atau konsumsi pupuk untuk tanaman padi dan jagung sangat besar sehingga perlu dibarengi dengan pengetahuan petani terkait pemupukan yang tepat.
“Semula petani biasa menggunakan pupuk hara tunggal [urea], tapi belakangan banyak menggunakan NPK, sekarang banyak petani yang nanya NPK,” tambahnya.
Joko menjelaskan pupuk NPK bisa meningkatkan produksi pertanian secara signifikan yakni hingga 30%.
Untuk memberikan gambaran kepada petani, lanjutnya, Pusri membuat demplot di sejumlah daerah terkait perlakuan pemupukan yang tepat. Salah satunya di desa Tanjung Lago, di mana sebelum Pusri hadir produktivitasnya sekitar 5 ton per ha.
Setelah diberikan dosis pemupukan yang tepat oleh mantri tani dan adanya perlakuan berbeda, seperti penambahan pupuk organik cair serta pestisida, hasil produksi bisa naik menjadi 6 ton per ha.
Untuk bisa memberikan saran yang tepat kepada petani, para mantri tani melakukan uji tanah terlebih dulu.
Petani memindahkan kelapa sawit hasil panen ke atas truk./JIBI
Joko mengungkapkan mantri tani tak hanya melayani petani tanaman pangan melainkan juga terjun ke perkebunan rakyat di Sumsel. Oleh karena itu, dia menilai penggunaan pupuk NPK juga bisa berpengaruh positif terhadap tanaman perkebunan.
Apalagi perekonomian Sumsel mengandalkan perkebunan seperti karet, kelapa sawit, dan kopi.