Bisnis.com, JAKARTA- Harga minyak mentah dunia di awal perdagangan hari ini, Selasa (8/5/2018) kembali meninggalkan harga US$70 per barel.
Pada pk. 06.11 WIB, minyak WTI melemah 1,02% ke US$69,9 per barel. Sementara itu pada penutupan perdagangan Senin, WTI bertengger di harga US$70,73 per barel atau mengalami kenaikan 1,45%.
Direktur Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal mengemukakan harga minyak mentah dunia saat ini sangat dipengaruhi oleh dua faktor.
Pertama, faktor pendorong peningkatan harga adalah pemangkasan produksi oleh negara-negara OPEC dengan tingkat pemenuhan negara-negara anggota yang ternyata lebih taat dibanding ekspektasi sebelumnya, kecuali untuk Nigeria dan Libya yang malah meningkatkan produksi.
Kedua, faktor Venezuela yang produksi minyaknya anjlok hingga kurang dari setengahnya akibat kelalaian dalam manajemen investasi di sektor energi.
Sementara itu, Faisal mengemukakan faktor pendorong harga lainnya adalah menguatnya permintaan dunia terhadap minyak sejalan dengan perbaikan pertumbuhan PDB di sejumlah negara besar, seperti AS dan China.
“Namun di sisi lain, faktor penekan peningkatan harga adalah melonjaknya produksi oleh AS, yang terutama disumbangkan oleh shale oil,” kata Faisal.
Produksi shale oil AS tersebut bahkan saat ini menyalip Saudia Arabia yang menjadi produsen minyak terbesar kedua di dunia.
Dia mengemukakan untuk beberapa bulan ke depan tampaknya efek penguatan demand dan pemangkasan produksi sedikit lebih kuat dibanding efek peningkatan produksi oleh AS, sehingga harga minyak meningkat.
Apalagi juga ada risiko peningkatan suhu politik sejalan dengan konflik Suriah, dan sanksi terhadap Iran yang merupakan salah satu produsen teresar minyak dunia.
“Hanya saja peningkatan harga diperkirakan tidak akan ekstrem dan tidak dalam jangka panjang, walaupun mungkin sempat menyentuh level US$70 tapi secara rata-rata harga minyak untuk sepanjang tahun ini masih di bawah US$70/barel,” kata Faisal.