Bisnis.com, JAKARTA - SKK Migas mencatat keputusan memberikan prioritas kepada operator eksis untuk pengelolaan blok migas terminasi, terutama pada periode 2019-2026 karena memang membutuhkan banyak modal dalam pengembangannya. Misalnya, Blok Rokan, salah satu blok migas besar di Indonesia, yang bakal terminasi 2021 membutuhkan belanja modal US$1,4 miliar setiap tahunnya.
Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengatakan, penugasan blok migas terminasi harus dilakukan dengan hati-hati demi menjaga produksi migas. Seperti, Blok Rokan yang memiliki produksi besar membutuhkan investasi besar setiap tahunnya.
"Operator pun harus menyiapkan rencana kerja selama setahun ke depan. Operasi modal di Rokan itu rata-rata membutuhkan US$1,4 miliar per tahun untuk operasinya, siapa calon operator yang punya modal untuk itu?" ujarnya pada Rabu (2/5).
Di sisi lain, Chevron Indonesia menilai Blok Rokan masih cukup menarik untuk dikelola.
Managing Director Chevron IndoAsia Business Unit Chuck Taylor mengatakan, pihaknya menilai Blok Rokan dan beberapa proyek laut dalam masih memberikan tingkat materialistis yang menarik. Berbeda dengan kasus wilayah kerja migas di kawasan Kalimantan Timur yang tidak dilanjutkan kontraknya oleh perusahaan asal Amerika Serikat tersebut.
"Kalau blok yang di Kalimantan Timur itu masih memberikan manfaat dan keuntungan, tetapi sifatnya sudah jenuh dan tidak memberikan tingkat materialistis yang menarik," ujarnya.