Bisnis.com, JAKARTA—Daya beli upah buruh di Indonesia dinilai jauh lebih rendah dibandingkan dengan upah buruh di Vietnam yang setara dengan 546 liter beras, sedangkan upah buruh di indonesia setara dengan 237 liter beras.
Hal itu diungkapkan oleh Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) yang mencoba membandingkan buruh asal Indonesia dengan buruh asal Vietnam yang dari sisi kesejahteraan dan daya beli berbeda sangat jauh.
Presiden KSPI Said Iqbal mengatakan upah rata-rata buruh Vietnam mencapai angka US$ 181 per bulan, sementara buruh lokal hanya mendapatkan upah per bulan sekitar US$ 171 per bulan. Menurutnya, dengan upah sebesar US$181 per bulan, para buruh asal Vietnam dapat membeli beras dengan harga yang telah dirupiahkan sekitar Rp4.600 per kilogram, sementara itu buruh asal Indonesia dengan upah sekitar US$171 per bulan, dipaksa membeli beras sebesar Rp10.000-Rp12.000 per kilogram.
"Ini kan tidak masuk akal. Kami mendesak pemerintah agar menurunkan harga beras. Masa buruh Indonesia harus membeli beras dengan harga 3 kali lipat lebih mahal daripada Vietnam," tuturnya, Selasa (1/5).
Jika meggunakan asumsi kurs tengah Bank Indonesia (30/4/2018) Rp13.877, maka upah buruh di Vietnam sebesar US$182 besarannya sekitar Rp2,5 juta setahun, sedangkan upah buruh Indonesia US$171 setara dengan Rp2,37 juta.
Kendati hanya terpaut Rp100.000, daya beli upah buruh di Vietnam jauh lebih tinggi jika menggunakan parameter harga beras.
Dengan upah Rp2,5 juta, upah buruh bulanan di Vietnam tersebut setara dengan 546 kilogram beras, sedangkan upah Rp2,4 juta di Indonesia setara dengan 237 kilogram beras.
Logika pemikiran KSPI tersebut jika direkapitulasi menjadi seperti ini.
Perbandingan Daya Beli Upah Buruh di Indonesia vs Vietnam
Indikator | Vietnam | Indonesia |
Upah bulanan | US$181 | US$171 |
Upah dalam rupiah (kurs Rp13.877) | Rp2.511.737 | Rp2.372.967 |
Harga beras per liter | Rp4.600 | Rp10.000 |
Daya beli upah terhadap beras | 546 kg | 237 kg |
Lantas siapa yang salah? Perbedaan harga beras di Vietnam dan Indonesia itulah yang membuat daya beli upah buruh di Indonesia menjadi lemah, jika menggunakan indikator harga beras.
Said juga mengkritisi harga tarif listrik yang selalu naik setiap 3 bulan, rata-rata kenaikan mencapai Rp75.000-Rp100.000 per 3 bulan. Menurutnya, kenaikan tarif listrik itu tidak sejalan dengan kenaikan gaji buruh di Indonesia, sehingga daya beli terus menurun.
"Itu artinya daya beli kita selalu turun setiap tahunnya mencapai Rp200.000-Rp300.000, karena itu kami akan mendesak pemerintah untuk memenuhi seluruh tuntutan kami para buruh," katanya.