Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Goldman Sachs: Kekhawatiran Terhadap Krisis Global Terlalu Dini

Kepala eksekutif divisi internasional Goldman Sachs Asset Management (GSAM) meredakan kekhawatiran atas koreksi pasar saham meskipun ada perhatian pada perdagangan internasional dan valuasi yang besar.

Bisnis.com, JAKARTA - Kepala eksekutif divisi internasional Goldman Sachs Asset Management (GSAM) meredakan kekhawatiran atas koreksi pasar saham meskipun ada perhatian pada perdagangan internasional dan valuasi yang besar.

"Kelihatannya agak terlalu cepat bagi kami untuk khawatir tentang krisis global yang menyeluruh," kata kepala Eksekutim Goldman Sachs Asset Management Sheila Patel kepada CNBC.

"Apakah ada masalah valuasi dalam pasar saham? Tentu saja. Sudahkah kita melihat klien menjadi lebih berhati-hati di bidang-bidang seperti bursa AS? Jelas. Tapi apakah kita melihat ketakutan berskala besar masuk ke pasar? Tidak ... Kami belum siap untuk gejolak di pasar," lanjutnya.

Komentar Patel datang ketika investor global terus mengawasi langkah Presiden Donald Trump berikutnya dalam perdagangan internasional.

Dengan berupaya mundur dari kesepakatan perdagangan dan mengancam tarif impor untuk melindungi dan mempromosikan bisnis AS, Trump telah mengubah status quo perdagangan global hingga 180 derajat.

Patel mengatakan klien ingin secara aktif mengelola portofolio mereka untuk mengurangi potensi gangguan di pasar global yang disebabkan oleh sengketa perdagangan dan rencana tariff impor, terutama di negara-negara emerging market (EM).

"Kami telah melihat klien sangat aktif dalam utang dan ekuitas EM. Dalam yang terakhir, mereka fokus, dan kami fokus, pada lebih banyak cerita yang berorientasi domestik dan usaha kecil menengah. Misalnya sebagian besar perdagangan India terkait dengan ekuitas India dipengaruhi pertumbuhan ekonomi domestik," katanya.

“Hal-hal yang mereka hindari dan hal-hal yang dikhawatirkan orang adalah perusahaan multi-nasional global dan eksposur mereka terhadap tarif perdagangan semacam ini," katanya.

Potensi untuk perang dagang antara negara dengan ekonomi terbesar di dunia, AS dan China, adalah kekhawatiran terbesar bagi investor saat ini.

Trump mengumumkan rencana tarif pada daftar impor dari China pada Maret, termasuk tarif 25% untuk baja dan 10% untuk aluminium. Di sisi lain, China berjanji akan membalas dengan baik, dengan mengatakan akan menargetkan produk dari AS, termasuk kedelai, mobil dan wiski.

Patel mengatakan perang kata-kata mengenai tariff, yang belum disahkan oleh kedua pihak, sebenarnya tidak benar-benar mempengaruhi kliennya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper