Bisnis.com, JAKARTA — Sebagian besar perusahaan yang mendapatkan rekomendasi ekspor konsentrat dan lumpur anoda (anoda slime) tidak memasksimalkan penjualan ke luar negeri.
Berdasarkan data dari Kementerian ESDM, hanya PT Freeport Indonesia yang memaksimalkan jatah ekspor konsentrat tembaga dalam 1 tahun yang terbit pada 17 Februari 2017. Realisasi ekspor Freeport sesuai dengan rekomendasi yang diberikan pemerintah sebanyak 1,11 juta ton.
Rekomendasi ekspor konsentrat tembaga Freeport telah diperpanjang untuk 1 tahun pada 15 Februari 2018—15 Februari 2019 dengan kuota sebanyak 1,25 juta ton. Hingga Maret 2018, realiasi ekspor konsentrat Freeport baru mencapai 99.337 ton.
Perusahaan lain, PT Amman Mineral Nusa Tenggara tidak menggunakan seluruh jatah ekspor konsentrat tembaga dari Tambang Batu Hijau dalam 1 tahun.
Berdasarkan rekomendasi yang terbit pada 17 Februari 2017, kuota ekspor konsentrat tembaga yang diberikan untuk Amman Mineral sebanyak 675.000 ton. Namun, ekspor konsentrat tembaga Amman hanya terealiasi sebanyak 598.807 ton.
Sama seperti Freeport Indonesia, Amman Mineral pun telah mendapatkan perpanjangan rekomendasi ekspor pada 15 Februari 2018 dengan kuota yang disamakan dengan realisasi ekspor sebelumnya sebanyak 598.807 ton. Hingga Maret 2018, kuota yang terpakai baru sebanyak 27.191 ton.
Untuk perusahaan tambang lain yang mendapatkan rekomendasi ekspor konsentrat, realisasi pengapalan juga jauh di bawah rekomendasi yang diberikan pemerintah.
PT Sebuku Iron Lateritic Ores (SILO), misalnya yang hanya mengekspor 1,25 juta ton konsentrat besi dari rekomendasi yang mencapai 6,3 juta ton.
PT Rusan Sejahtera pun serupa dengan SILO. Dari jumlah rekomendasi ekspor konsentrat besi sebanyak 264.000 ton, realisasi pengapalan hingga Maret 2018 baru sebanyak 32.414 ton. Rekomendasi ekspor Rusan Sejahtera akan berakhir pada 11 Agustus 2018.