Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi Jalur Sutra China Raih Momentum

Pembangunan infrastruktur masif China untuk menghidupkan kembali jalur perdagangan atau jalur sutra di bentangan Asia, Afrika, dan Eropa mulai memperoleh momentum.
Bendera China dikibarkan di lapangan Tiananmen untuk menyambut the Belt and Road Forum atau KTT Jalur Sutra, di Beijing, China, Sabtu (13/5)./Reuters
Bendera China dikibarkan di lapangan Tiananmen untuk menyambut the Belt and Road Forum atau KTT Jalur Sutra, di Beijing, China, Sabtu (13/5)./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA -- Pembangunan infrastruktur masif China untuk menghidupkan kembali jalur perdagangan atau jalur sutra di bentangan Asia, Afrika, dan Eropa mulai memperoleh momentum.

Sejak Presiden China Xi Jinping memperkenalkan inisiasi Belt and Road lima tahun lalu, proyek ini telah berhasil menampung dana investasi miliaran dolar AS.

Perbankan global, termasuk Citigroup, HSBC, dan Standard Chartered telah meningkatkan peran mereka dalam memberikan penawaran, dari solusi pasar modal hingga dana lindung nilai. Perbankan tersebut menilai proyek ini dapat menggairahkan permintaan bahan bakar global di masa depan.

Adapun, HSBC Holdings Plc mengumumkan pada Senin (9/4/2018) akan menempatkan Direktur Eksekutif cabang Malaysia-nya untuk menduduki jabatan baru sebagai Kepala Inisiasi Belt and Road Kawasan Asia-Pasfik per 1 Juli 2018.

“Dengan jabatan barunya, Mukhtar Hussain akan menjadi ujung tombak inisiasi dan perhubunganan untuk menumbuhkan bisnis HSBC dengan Asian Belt and Road,” tulis HSBC dalam pernyataan resminya, seperti dikutip Reuters, Selasa (10/4/2018).

Dengan modal itu, Negeri Panda telah mulai membangun infrastruktur di sepanjang jalur sutra, berupa rel kereta api, jalan, pelabuhan, dan pembangkit tenaga listrik.

Tentu perjalanan program juga disertai kontroversi. Beberapa kritik dan kekhawatiran mewarnai pengerjaan infrastruktur besar-besaran tersebut, a.l. meningkatnya risiko utang, hadirnya pekerja China meningkatkan tensi pekerja lokal, dan adanya kekhawatiran China dapat mendominasi kawasan tiga benua.

Michael Kugelman, Senior Associate untuk Asia Selatan di Woodrow Wilson Center, Washington, menyebut proyek ini tampak seperti tas campuran, dalam ungkapan bahasa Inggris disebut mixed bag, yaitu ketika sesuatu yang menguntungkan dan merugikan berada dalam satu kesempatan.

“Tentu saja akan ada berita suksesnya, mungkin ada beberapa, tetapi tidak tanpa rintangan,” ujarnya seperti dikutip Bloomberg, Selasa (10/4/2018).

Adapun, pengukuran potensi manfaat dari proyek infrastruktur itu menjadi sedikit rumit lantaran cakupan pembangunannya yang terlalu luas.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper