Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

2 Faktor Pengerek ICP ke US$61,87 per Barel

Indonesia crude price atau ICP naik 0,42% menjadi US$61,87 per barel pada Maret 2018 dibandingkan dengan Februari 2018. Kenaikan harga minyak global yang didorong terkereknya permintaan menjadi salah satu pendorong ICP.

Bisnis.com, JAKARTA -- Indonesia crude price atau ICP naik 0,42% menjadi US$61,87 per barel pada Maret 2018 dibandingkan dengan Februari 2018. Kenaikan harga minyak global yang didorong terkereknya permintaan menjadi salah satu pendorong ICP.

Dalam keterangan resmi dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada Selasa (3/4), perkembangan rata-rata harga minyak di pasar internasional pada periode Maret 2018 dibandingkan dengan Februari 2018 mengalami kenaikan 0,94% sampai 1,5%.

Harga minyak Brent mencatatkan kenaikan sebesar 1,08% menjadi US$65,9 per barel, sedangkan harga minyak Brent di Intercontinental Exchange (ICE) naik 1,5% menjadi U$66,72 per barel.

Lalu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) di Nymex mencatatkan kenaikan sebesar 0,94% menjadi US$62,77 per barel. Harga minyak Basket OPEC sampai 28 Maret naik 0,26% menjadi US$63,65 per barel.

Kenaikan harga minyak dunia itu didorong beberapa faktor. Pertama, permintaan minyak diperkirakan naik menjadi 99,3 juta barel per hari pada tahun ini. Nilai itu naik menjadi 1,5 juta barel per hari dibandingkan dengan laporan perkiraan bulan sebelumnya yang diprediksi permintaan minyak naik menjadi 98,63 juta barel per hari pada tahun ini.

Pada bulan lalu, EIA (Energy Information Administration) juga melaporkan stok distillate fuel oil Amerika Serikat bulan Maret 2018 mengalami penurunan sebesar 9 juta barel dibandingkan bulan Februari 2018 menjadi 129,0 juta barel.

Adapun, stok gasoline Amerika Serikat bulan Maret 2018 mengalami penurunan sebesar 12,2 juta barel dibandingkan bulan Februari 2018 menjadi 243,5 juta barel.

Kondisi perekonomian dunia berdasarkan publikasi OPEC (OPEC MOMR, tanggal 14.03.2018), bahwa momentum pertumbuhan yang kuat telah dimulai dari tahun 2017, pertumbuhan global secara signifikan naik ke tingkat 3,8% untuk 2018 dan 2017 dan masih stabil hingga saat ini.

Meningkatnya ketegangan geopolitik di wilayah Timur Tengah bahwa berdasarkan informasi dari Reuters 26 Maret 2018 telah terjadi penyerangan Houthi Yaman kepada Arab Saudi pada 26 Maret 2018 dengan melakukan peluncuran rudal ballistic.

Berdasarkan informasi RIM Intelligence (RIM, tanggal 19.03.2018), apabila harga minyak global lebih dari US$ 66.00 per barel maka penjualan akan tertekan oleh kekhawatiran peningkatan produksi minyak mentah Amerika Serikat, namun apabila harga di bawah US$ 63.00 per barel maka pembelian minyak akan cenderung meningkat. Dengan demikian pasar akan memiliki gerak naik atau turun yang terbatas.

Pada kawasan Asia Pasifik, harga minyak mentah didorong juga oleh Korea Selatan yang diprediksi mencatat kenaikan permintaan minyak, terutama karena pembangunan ekonomi dan pengembangan sektor petrokimia, serta transportasi.

India pun turut mempengaruhi harga minyak karena tingkat permintaan yang tinggi demi mendukung proyek infrastruktur pemerintah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Surya Rianto
Editor : Sepudin Zuhri
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper