Bisnis.com, JAKARTA – Konsultan properti, Savills Indonesia, menilai ada indikasi penurunan geliat pasar properti untuk ritel, tetapi akan mengalami kenaikan setelah kuartal pertama 2018.
Kepala Departemen Riset Savills Indonesia Anton Sitorus mengatakan ritel di Jakarta memang mengalami pelemahan, khususnya shopping mall. Pasalnya, ada banyak ruang yang kosong dan ditutupi. Bukan karena toko yang ditutup, melainkan karena adanya renovasi pada ruang-ruang tersebut.
Anton mengambil contoh misalnya di Plaza Senayan, sejumlah foodcourt ditutup sementara waktu karena renovasi. Pasalnya upgrading ini juga sempat terjadi pada sejumlah ruang ritel di Senayan City.
“Sedang memperbaiki kondisi untuk upgrade quality dan tercermin dari dinamika pasar, untuk shopping mal di kuartal satu itu juga hanya salah satu yang sudah selesai di SOHO Pancoran,” ujar Anton di kantor Savills, Panin Tower, Rabu (28/3/2018).
Dia menyatakan akibat dari permintaan ruang ritel yang terbatas, dan toko melakukan renovasi permintaan kuartal I memang sedikit negatif. Menurut Anton, untuk ritel tahun sebenarnya tidak terlalu banyak massa. Pertumbuhannya bagus namun terkendala daya beli masyarakat yang belum mendukung.
“Minat ritel besar, cuman penjualan mereka belum banyak gimana memperbaiki kualitas dan layanannya. Mereka fokus memperbaiki dengan ritel yang punya konsep baru. Akibat dari permintaan terbatas, di sisi lain toko melakukan renovasi, permintaan kuartal pertama itu negatif. Kalau kita lihat vacancy-nya, tak banyak berubah, namun naik sedikit,” kata Anton.
Namun, dia percaya bahwa kondisi ini akan meningkat seiring dengan kenaikan penawaran ruang ritel sekitar 8000 meter persegi. Ada pun total penawaran pada tahun ini sekitar 3,1 juta meter persegi.
“Harga sewa ritel tren positif walaupun ada tekanan kekosongan namun pasti akan meningkat, di Jakarta saat ini ada 3,1 juta meter persegi, dengan tingkat 11,7% harga sewa Rp354,000,” tutur Anton
Anton menyebut, hasil riset Savills juga menunjukkan 41% ritel di Jakarta masih didominasi oleh middle-up malls, lalu 32% untuk tipe upper grade mall, 14% untuk tipe high-end malls , and 13% middle-low malls. Sementara untuk
“Ke depan kita memperkirakan, masih akan berada di kisaran 11-12% dimana perkiraan kita satu tahun ini dan tahun depan, pasokan mungkin akan lebih tinggi dari permintaan,” terang Anton.
Pada 2020 kata Anton, kemungkinan mengarah ke ekuilibrium supply dan demand seimbang dan 2021 perkiraan permintaan lebih tinggi dari supply yang ada.
Tak hanya itu, kualitas shopping malls secara berkelanjutan juga menurunkan angka keterisian. Meskipun demikian, ritel masih memperluas ruangannya untuk menambah segmen entertainment yang sampai saat ini belum bisa digantikan oleh ruang-ruang e-commerce.
Geliat Pasar Ritel Menurun Karena Renovasi
Konsultan properti, Savills Indonesia, menilai ada indikasi penurunan geliat pasar properti untuk ritel namun akan mengalami kenaikan setelah kuartal pertama 2018.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Gloria Fransisca Katharina Lawi
Editor : M. Rochmad Purboyo
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
2 jam yang lalu
Ramalan Nasib United Tractors (UNTR) 2025
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
43 menit yang lalu
Prabowo Raih Komitmen Investasi US$7 Miliar dari BP, Ini Rinciannya
56 menit yang lalu
Kunjungan ke Inggris, Prabowo Raih Komitmen Investasi US$8,5 Miliar
3 jam yang lalu