Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Dagang AS dan China Tidak Berdampak Signifikan ke RI

Perang Dagang Amerika Serikat dan China dinilai belum begitu mempengaruhi perdagangan Indonesia. Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta W Kamdani mengatakan dampak trade war antar kedua negara belum begitu signinfikan untuk ekspor dan impor RI.
Presiden China Xi Jinping/Reuters
Presiden China Xi Jinping/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Perang Dagang Amerika Serikat dan China dinilai belum begitu memengaruhi perdagangan Indonesia. Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta W. Kamdani mengatakan dampak trade war antar kedua negara belum begitu signinfikan untuk ekspor dan impor RI. 

Meski demikian, pemerintah dan pengusaha patut untuk memperhatikan kondisi ini dengan serius. Bisa saja perang dagang dua negara besar ini memberikan pengaruh yang tidak diduga untuk sektor ekspor impor RI.

“Kedua negara bisa saja mencari pasar Indonesia, tapi kami belum tahu seberapa jauh akan mempengaruhi RI. Bisa saja akan berdampak buruk ke Indonesia,” kata Shinta kepada Bisnis, Jumat (23/3/2018).

Terkait perang dagang tersebut, menurutnya tidak dapat dikontrol oleh pemerintah Indonesia karena menyangkut banyak negara. Namun upaya yang dapat dilakukan ialah berusaha menenangkan AS agar menghetikan perang dagang.

Mengantisipasi hal tersebut, pemerintah diminta untuk meningkatkan hubungan dagang dengan negara lain seperti melakukan perjanjian perdagangan bebas atau free trade. Sejumlah perundingan saat ini juga sedang dijajaki pemerintah seperti Indonesia European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) dan Indonesia Australia – CEPA.

“Pemerintah juga harus melakukan industrialisasi di dalam negeri sehingga sektor keunggulan dalam negeri tidak perlu impor, namun memperbanyak ekspor.”

Untuk diketahui, perdagangan AS dan China menghasilkan defisit bagi AS sekitar US$395,8 miliar pada 2017. Ekspor China menguasai sekitar 21% pasar impor AS atau mencapai US$526,2 miliar. Sementara bagi China, ekspor ke AS berkontribusi sebesar 18% dari total ekspornya.

AS telah mengumumkan pengenaan tarif bea masuk untuk impor baja sebesar 25% dan untuk impor alumunium sebesar 10%. Kebijakan AS ini akan mengganggu ekspor China ke AS, mengingat China merupakan supplier utama untuk kedua produk tersebut dengan nilai US$4,2 miliar.

Atas kebijakan AS tersebut, China menyiapkan serangan balik untuk merespons kebijakan AS tersebut dan akan melakukan tindakan retaliasi terhadap 128 komoditi impor dari AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper