Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) akan membantu memasarkan produk ikan patin Indonesia di pasar internasional.
Ketua AP5I Budhi Wibowo mengatakan hingga kini ekspor patin belum berjalan. Permintaan patin sepenuhnya masih bergantung pada konsumsi domestik yang hanya 10.000 ton per tahun.
"Patin kita lebih sehat. Kami akan bawa ke pameran internasional," katanya, Kamis (1/3/2018).
Mengutip Undercurrent News, Indonesia memproduksi patin 100.000 ton pada 2016, di bawah Bangladesh 422.182 ton, India 447.500 ton, dan Vietnam 1,2 juta ton.
Sebelumnya, Budhi menyebutkan tantangan Pangasius Indonesia adalah harga dan kualitas yang belum dapat bersaing dengan dori Vietnam. Menurut dia, untuk dapat bersaing, harga pokok produksi (HPP) patin Indonesia harus dibuat mendekati harga dori Vietnam, yakni sekitar Rp13.500 per kg. Untuk mencapai HPP itu, harga pakan harus dibuat maksimum Rp9.000 per kg.
Budhi menawarkan konsep agar kontrak pembelian diubah dari industri pengolah-pembudidaya menjadi industri pengolah-pembudidaya-pabrik pakan. Dia menjelaskan pabrik pakan yang memiliki pembudidaya patin binaan menjalin kontrak penjualan dengan pengolah ikan. Dengan begitu, pasokan patin ke UPI bisa kontinyu sehingga permintaan pasar fillet terpenuhi.
Soal kualitas, pembudi daya harus disiplin, dengan membesarkan patin hingga bobotnya minimal 800 gram per ekor agar layak diolah menjadi fillet, sebagaimana dilakukan pembudi daya Pangasius di Vietnam. Selama ini di Indonesia, pembudidaya biasa memanen saat berat patin masih 200-300 gram sekadar untuk memenuhi pasar kuliner lokal, seperti pindang patin dan patin bakar.
Jika nantinya mengisi pasar ekspor, Budhi berharap pembudi daya Indonesia tidak mengulangi kesalahan Vietnam dengan melakukan perendaman (soaking) zat adiktif berlebihan demi mengerek berat dori. Menurut dia, soaking tetap diperlukan, tetapi dalam jumlah wajar, yakni 25% dari bobot patin untuk menghilangkan bau anyir dan membunuh bakteri.
AP5I berharap Indonesia mampu mengekspor fillet patin 100.000 ton per tahun paling lambat 5 tahun ke depan dari kondisi saat ini yang nyaris tidak ada. Kesempatan itu muncul setelah dori Vietnam dirundung beberapa isu tak sedap. Ekspor ke Amerika Serikat terancam terhenti akibat pengalihan regulator catfish dari Lembaga Pangan dan Obat (FDA) ke Departemen Pertanian (USDA).
Selain itu, Carrefour di beberapa negara Uni Eropa menyetop penjualan Pangasius Vietnam, baik segar maupun beku, karena ragu apakah tambak di sepanjang sungai Mekong terhindar dari kontaminasi sampah.