Bisnis.com,MEDAN - Pelarangan penggunaan antibiotic growth promoter atau AGP sebagai imbuhan pakan ternak dinilai masih belum berdampak terhadap produksi hewan ternak dalam negeri.
Seperti diketahui, selama ini AGP kerap ditambahkan pada pakan ternak dengan dosis kecil guna membantu memacu pertumbuhan. Namun, efektif per 1 Januari, pemerintah tak lagi mengizinkan penggunaan AGP sebagai imbuhan pakan ternak karena dinilai berpotensi menyebabkan resistensi antibiotik pada hewan yang dikhawatirkan berimbas pula bagi manusia sebagai konsumen produk ternak.
"Sampai saat ini belum terlalu berefek... Tidak ada [peningkatan angka kematian hewan]," kata Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Singgih Januratmoko ketika dihubungi Bisnis, Selasa (27/2/2018).
Untuk mengantisipasi kemungkinan penurunan produksi ternak pasca pelarangan penggunaan antibiotik sebagai imbuhan pakan ternak para peternakpun melakukan pengetatan biosecurity serta meningkatkan penggunaan probiotik pada minuman hewan.
Di sisi lain, Singgih berharap pemerintah bisa melonggarkan aturan penggunaan antibiotik lainnya yakni anti koksi untuk dijadikan sebagai imbuhan pakan ternak.
Pasalnya, anti koksi selama ini digunakan sebagai pencegah terjadinya penyakit berak darah pada hewan ternak. Kendati saat ini belum ada efek apapun, dia memprediksi ke depannya penurunan produksi bisa terjadi hingga 10% jika pengimbuhan anti koksi pada pakan juga dilarang.
Selain berefek pada pengurangan produksi, pelarangan penggunaan anti koksi, yang juga merupakan antibiotik, dianggap akan meningkatkan biaya pemeliharaan unggas.
"Jadi, kita harapkan [pakan ternak] non AGP tidak apa-apa. Tetap konsekuen lah peternak tapi kalau bisa anti koksi itu masih diperbolehkan," tambahnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) Herry Dermawan menyebutkan dengan larangan penggunaan AGP pada pakan ternak, otomatis pertumbuhan ternak, akan mengalami perlambatan sekitar tiga hingga empat hari dari sebelumnya. Kendati hanya tiga hingga empat hari, hal ini dirasa cukup signifikan bagi peternak unggas sebab akan menambah biaya yang harus ditanggung peternak mulai dari tambahan biaya untuk pakan, penerangan, hinggan kebutuhan lainnya.
Masa panen unggas berdasarkan berat tubuh yang biasanya bisa dilakukan dalam waktu 30 hari, tanpa AGP, akan mundur menjadi 33-34 hari.
“Menambah waktu 3-4 hari sangat signifikan bagi peternak. Satu hari pun berharga bagi peternak karena ayam kan umurnya pendek. Kalau 3 hari dari 30 hari kan sudah 10%. Dengan mundurnya umur, konsumsi pakannya bertambah juga,” katanya.
Namun demikian, Herry belum bisa benar-benar memastikan berapa besar peningkatan biaya produksi yang harus ditanggung peternak terkait penghentian penggunaan AGP ini.
Di sisi lain, menurut Herry, pertumbuhan hewan sebenarnya tak hanya tergantung pada imbuhan yang ditambahkan pada pakan yang dikonsumsi. Ada dua garis besar faktor yang mempengaruhi pertumbuhan hewan yakni faktor genetik yang berdampak hingga 30% juga faktor lingkungan dengan andil hingga 70%.