Bisnis.com, JAKARTA—Pariwisata Bali diyakini siap menghadapi peningkatan jumlah wisatawan mancanegara saat perayaan Imlek pekan depan, mengingat status Gunung Agung yang telah diturunkan dari level awas menjadi level siaga.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menyambut baik penurunan status Gunung Agung tersebut. Dia pun meyakini hal ini akan berdampak pada pulihnya pariwisata Bali, khususnya jelang perayaan Imlek. Terlebih lagi pihaknya juga telah melakukan kunjungan ke Negeri Tirai Bambu tersebut untuk meyakinkan pemerintah China mencabut travel warning.
“Australia kalau ada travel warning kadar kepatuhannya 80% sampai 90% tetapi kalau China itu bisa sampai 0 jumlah kunjungannya kalau ada travel warning. Makanya kemarin saya bahwa kita sudah recover,” ujarnya.
Dia menjelaskan, di Tiongkok pihaknya bertemu dengan sejumlah perusahaan travel online seperti Alitrip, Baidu, Tuniu, Qunar, Tongcheng, EBTC, dan perusahaan pencharter pesawat wisata ke Indonesia. Tujuannya untuk mengabarkan bahwa keadaan Bali aman untuk dikunjungi wisatawan.
Berdasarkan data yang dihimpun Kementerian Pariwisata, tiga agen besar di Bali, seperti Tjendana Mandala Sakti (TMS), mendapatkan booking definitif 6.000 pax, sementara 15.000 sedang proses . Sementara reservasi definitif untuk Imlek dari Jetwing,terdapat sebanyak 4000 pax. Dengan demikian sejauh ini total booking telah mencapai 15.000 wisman asal Tiongkok yang akan merayakan Hari Raya Imlek di Bali.
Vinsensius Jemadu, Asdep Pengembangan Pemasaran II Regional I (China) menjelaskan kunjungan kerja yang dilakukan Menpar bersama travel agent dan media semakin mempertegas jika Bali sudah normal, dan boleh dikunjungi wisatawan.
"Langkah strategis telah kita lakukan untuk terus merayu 'pasar gendut' Tiongkok. Kunjungan Menpar kemarin merupakan bukti keseriusan kita. Kita akan persiapkan semua secara maksimal," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri ESDM Ignatius Jonan mengatakan pengamatan di Gunung Agung dilakukan sekitar sebulan terakhir. Dari hasil evaluasi aktivitas Gunung Agung pada 10 Februari 2018, dalam kurun waktu satu bulan terakhir frekuensi erupsi menurun.
Adapun erupsi Gunung Agung terjadi pada 24 Januari 2018. Ketinggian maksimum kolom erupsi dalam satu bulan terakhir 2.500 meter dari atas puncak terjadi pada tanggal 19 Januari 2018. Menteri Jonan menambahkan, radius zona bahaya Gunung Agung juga telah diturunkan menjadi empat kilometer dari puncak gunung tertinggi di Bali tersebut.
“Jadi pengertiannya bahwa status siaga ini tetap di radius empat kilometer, sebelumnya kan radiusnya awas enam kilometer sekarang turun menjadi empat kilometer,” tambahnya.